Mengajarkan satu huruf pun harus di ulang-ulang beberapa kali, dan pada pertemuan berikutnya beberapa huruf yang telah diajarkan masih susah diingat lagi. Itu salah satu gambaran proses mengajar anak-anak difabel yang dilakukan oleh seorang relawan, Rofiatun, di kampung Pengkol, desa Kedungsari Rowosari, kecamatan Tembalang, kota Semarang. Menurut Rofiatun ada sekitar 30 orang difabel yang tinggal di sekitar kampung itu, namun yang aktif di kelompok belajar yang biasa disebut sekolah ada 11 orang.
Setiap hari Rabu, seminggu sekali Rofiatun mengajar anak-anak difabel di kampung Pengkol, bermodal kemauan. Itu dilakukan setelah selesai mengajar di pos PAUD Nusa Indah Jaya 8. Tidak semua anak difabel bisa aktif ke sekolah karena sebagian mereka tidak bisa mandiri datang ke sekolah, sementara orang tua / keluarganya sibuk bekerja.
Lazismu Kota Semarang berkunjung ke lokasi pada hari Rabu, 18/7/18 yang lalu, dan bertemu dengan empat orang difabel yang masuk sekolah pada hari itu. Salah seorang siswa difabel yang paling kecil berumur enam tahun, untuk berjalan tegakpun belum bisa, masih harus dituntun atau berpegangan benda disekitarnya, dia baru bisa belajar memegang pensil dan mencoret-coret diatas kertas. Tiga siswa yang lain usianya sudah mendekati 15 tahun namun mereka belum bisa membaca apalagi menulis, mereka masih mempelajari huruf satu per satu.
Tempat belajar mereka sebelumnya di rumah Rofiatun, namun satu bulan terakhir mendapat pinjaman sebuah bangunan rumah milik pemerintah desa Rowosari, yang sedianya mau dipakai untuk pengelolaan sampah, namun belum dimanfaatkan. Alhamdulillah pak kades memberikan pinjaman rumah ini untuk dipakai PAUD dan sekolah difabel, ujar Rofiatun. Belum ada peralatan belajar yang memadai untuk mereka, alhamdulilillah Lazismu memberikan beberapa buah meja belajar untuk memudahkan anak-anak belajar. Tikarpun masih pinjam punya PKK kata Rofiatun.
Bersama dalam kunjungan tersebut, direktur Lazismu Jawa Tengah, Alwi Mashuri dan seorang professional di bidang kesehatan dokter Mila. Menurut Alwi Lazismu harus mendukung proses belajar mengajar anak-anak dengan kebutuhan khusus, membantu pendidikan mereka agar menjadi pribadi yang mandiri dan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun lingkungannya.
Sementara itu dokter Mila memberikan beberapa tips kesehatan dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, dan berpesan kepada para pengelola sekolah difabel agar menjalankan semuanya dengan penuh kesabaran disertai jiwa sosial yang tinggi.
Bayangkan, masih banyak ditemui disekitar kita difabel-difabel lain yang membutuhkan uluran tangan dan kebersamaan kita, apakah kita tega membiarkannya ? Segera hubungi Lazismu Kota Semarang untuk kebersamaan membangun bangsa yang mandiri. (cak San)