QURBAN UNTUK SYIAR DAKWAH

Dari data qurban yang masuk di Lazismu sampai dengan hari ini, Rabu (29/8/18), jumlah qurban yang dikelola oleh warga Muhammadiyah di Kota Semarang, tercatat sebanyak 268 ekor hewan. Terdiri dari sapi 81 ekor, kambing 186 ekor dan kerbau 1 ekor.  Data tersebut berasal dari 18 cabang Muhammadiyah di semua kecamatan, yang pelaksanaannya terkonsentrasi di beberapa  titik jamaah, baik di masjid,musholla,  sekolah maupun kantor cabang / ranting Muhammadiyah.

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Semarang  tahun ini membuat terobosan baru, yaitu dengan mengatur pelaksanaan qurban  agar mendapatkan nilai syiar dakwah yang lebih luas. Pengaturan dmaksud adalah dengan menghimbau seluruh PCM agar menyembelih qurban sesuai kebutuhan, sedangkan kelebihannya bisa diserahkan ke PDM untuk didistribusikan ke cabang / ranting lain yang masih kurang melalui Lazismu.

PDM Kota Semarnag, Drs. Machasin menyampaikan bahwa program pemerataan distribusi qurban harus dilakukan untuk mendukung dakwah di persyarikatan Muhammadiyah. Terutama untuk pengembangan ranting yang belum kuat, yang jumlah jamaahnya masih sedikit agar berkembang menjadi besar.

Salah satu titik pelaksanaan qurban tersebut ada di RS Roemani. Pimpinan RS Roemani, Soleh Yamin menyampaikan bahwa setiap tahun karyawan selalu berqurban dan dikelola oleh panitia, yang berasal dari karyawan juga. Dia menerangkan bahwa perolehan hewan qurban tahun ini sebanyak 7 ekor sapi dan 16 ekor kambing. Dari jumlah itu ada 3 ekor sapi dan 4 ekor kambing yang di distribusikan hidup.

Mengikuti program PDM yang telah diinstruksikan, RS Roemani mendistribusikan 2 ekor sapi dan 4 ekor kambing melalui Lazismu, agar terdistribusi lebih merata. Yamin menambahkan bahwa RS Roemani berkomitmen agar qurban memberikan manfaat lebih untuk masyarakat lingkungan terutama bagi kaum dhuafa. Minimal  mereka bisa ikut merasakan kebahagiaan dalam kaitannya dengan pelaksanaan ibadah qurban.

Dalam program qurban tahun ini Lazismu Kantor Layanan Daerah, mendistribusikan hewan qurban sebanyak 10 ekor kambing dan 2 ekor sapi. Dari jumlah tersebut, 5 ekor kambing diikutkan program nasional, 5 ekor didistribusikan ke 5 titik cabang/ranting, satu ekor sapi disalurkan ke masjid At-Taqwa Semarang Selatan dan seekor sapi di bagikan dalam bentuk daging. Lima titik penyaluran kambing tersebut adalah Candisari II, Genuk, Tugu , Tanjungmas  dan SD Muh 10 di Semarang Utara, sedangkan pembagian daging sapi bisa menjangkau 11 titik distribusi, yang meliputi cabang, ranting maupun binaan Lazismu.

Lazismu juga menerima dan menyalurkan kelebihan daging qurban di PCM Pedurungan sebanyak 100 paket, yang berasal dari masjid Nurul Islam Plamongansari sebanyak 60 paket, dan masjid Qomariyah sebanyak 40 paket. Semuanya langsung disalurkan ke RT 3 dan 5 RW 11, Tambakaji Semarang. Disamping itu BPPD provinsi Jateng juga berpartisipasi menyalurkan sebanyak 50 paket daging qurban melalui Lazismu.

Ketua BP Lazismu, Drs. Azis Sholeh menyatakan terimakasih atas kepercayaan semua fihak kepada Lazismu dalam menyalurkan qurbannya. Dirinya menambahkan bahwa program Qurban di Lazismu meliputi 2 bagian. Pertama bersifat local di daerah, dan kedua sifatnya nasional yang mana daging qurban diolah menjadi rendang dalam kaleng, dan siap didistribusikan ke daerah bencana sebagai bantuan darurat. Ini juga dimaksudkan untuk menyalurkan hewan qurban yang umumnya terkonsentrasi di daerah tertentu saja. Disinilah qurban akan membawa manfaat dan menjadi  syiar dakwah yang lebih luas. (cak san)

Daftar Imam Khatib Shalat Idul Adha Muhammadiyah se-Kota Semarang, RABU / 22 AGUSTUS 2018 :

Daftar Imam, Khatib dan Tempat Penyelenggaraan Shalat Idul Adha Muhammadiyah se-Kota Semarang, RABU / 22 AGUSTUS 2018 :

  1. Nurbini / Kompleks Masjid Indraprasta / PCM Semarang Tengah.
  2. Aang Khunaefi, M. Ag. / Parkir Ngaliyan Square / PCM Ngaliyan
  3. Ahwan Fanani / halaman MI Muhammadiyah Wonosari / PCM Ngaliyan
  4. Rifqi Kurniawan, Lc. / Halaman Masjid Nurul Qomariyah / PCM Pedurungan.
  5. Widodo, S.Ag., MSI. / Jl. Pamularsih / PCM Semarang Barat
  6. Imam Sumarno / Masjid Al Muhajirin Karangayu / PCM Semarang Barat
  7. Dr. H Sarwi Mahmud MSi / Hal. SD Sampangan 2 Jl. Menoreh Tengah X / PCM Gajahmungkur
  8. Nurhadi Mustofa, SH. / halaman masjid At-Taqwa Jl. Dongbiru Genuk / PCM Genuk
  9. Muhammad Zaenuri, S.Sos.I. / Halaman Masjid At-Taqwa Bandaharjo / PCM Semarang Utara
  10. H.A. Hasan Asyari Ulamai, M.Ag / Halaman Rektorat Unimus/PCM Tembalang
  11. Dr. H. Masrukhi, M.Pd. / Masjid at-Taqwa Petompon Semarang / PCM Gajahmungkur
  12. H. ROSIHAN, M. Ag. / Lapangan Taman Maluku Kel. Karang  Tempel / PCM Semarang Timur
  13. Choirul Anam, M.Ag / Lapangan Taman Lansia Rejomulyo, Kel. Rejosari / PCM Semarang Timur
  14. H. Abdullah Muhajir / Lapangan Perum Griya Arteri Tlogosari / PCM Pedurungan.
  15. H. Sukamdo, M.Si. / Taman Setyabudi Banyumanik / PCM Banyumanik
  16. Afif / Halaman RS. Roemani / PCM Semarang Selatan
  17. Sujatmiko / Lapangan Erowati Selatan (Eros) / PCM Semarang Utara.
  18. Ustadz Muhammad Amien, S.Sos.I / Lapangan Ganesha / PCM Gayamsari.
  19. Ustadz Anom Effendi,S.PdI Halaman Masjid Al Kautsar Wonolopo Mijen
  20. Ustadz Indra Kasmiyanto,A.Md Halaman Mushola Miftahul Jannah Polaman Mijen
  21. Ustadz Rizky Fahmi Sofwan S.PdI Kampus SD.SMP.SMA Muhammadiyah Mijen
  22. Ustadz H.Moch.Arifin,S.Pd.M.Si Halaman SD Tambangan 1 Cangkiran Mijen
  23. Ustadz H.Soewarso.S.Ag Halaman Mushola Al Ikhlas Bubakan
  24. H.Aan Jumeno, M.SI. Masjid Baitul Iman. Manyaran,Semarang Barat
  25. Suparno / Masjid Muharam Jl. Talang Kenarisari / PCM Candisari I
  26. Kasmui, M. Si Masjid at taqwa patemon gunungpati
  27. H. Musman Tholib, M. Si,  halaman wonderia semarang
  28. Giyatno,  halaman SMA Muhammadiyah 1 semarang
  29. Marzuqi, S. Pd. I Halaman smp muhammadiyah 9 semarang
  30. H. Karnadi Hasan, M. Pd, masjid raya candi lama, candisari semarang

DARI KL MIM WONOSARI UNTUK LOMBOK

Riuh suara anak-anak merespon dongeng yang di bawakan kak Blangkon. Ada yang tertawa ada yang berteriak ada yang menjulurkan tangan, bahkan ada yang berusaha memeluk kaki kak Blangkon. Itulah ekspresi kegembiraan siswa-siswa MIM Wonosari yang pagi hari itu (Jumat, 10/8/18) kedatangan tim Lazismu Kota Semarang bersama seorang pendongeng, kak Blangkon Ardi Anazra.

Kedatangan tim Lazismu dalam rangka membangun kebersamaan dalam membantu saudara-saudara di Lombok NTB, yang sedang mengalami musibah gempa beberapa hari yang lalu. Karena itulah tim Lazismu menggandeng seorang seniman pendongeng yang juga guru menggambar di beberapa sekolah TK di Kota Semarang.

Kepala sekolah MIM Wonosari, Moh. Pujianto menyatakan terimakasih kepada tim Lazismu yang telah memberikan  pembelajaran kepada siswa-siswa dengan cara yang menyenangkan dan menghibur melalui dongeng. Dirinya juga tidak menyangka bisa mengumpulkan dana hingga mendekati angka tiga juta, dari siswa yang berjumlah 128 orang. Satu hal yang lebih penting menurutnya bahwa pembelajaran karakter kedermawanan yang dilakukan melalui kaleng infaq Lazismu yang telah diberikan kepada masing-masing siswa sejak bulan Ramadhan tahun lalu, telah memberikan hasil yang positif. Terbukti dari hasil perolehan infaq kali ini yang jauh diatas  ekspektasi, katanya. Selain itu mampu memberikan santunan untuk siswa yang terkena musibah, membantu siswa yang kurang mampu dan setiap seminggu sekali siswa mendapatkan jatah makanan tambahan bergizi. Itu semua hasil dari pemanfaatan dana infaq siswa dalam program kaleng infaq, tutur Pujianto.

Semetara itu tokoh masyarakat sekaligus guru agama di MIM, H. Moh Najib, mengisahkan tentang perjuangan masa lalu ranting Muhammadiyah Wonosari, dimana ranting memegang peranan vital dalam membangun masyarakat di bidang sosial dan keagamaan. Terbukti dengan keberhasilannya mendirikan sebuah masjid yang diberi nama masjid Muhajirin, sebuah sekolah MIM serta kantor PRM. Semua bangunan tersebut berada dalam satu komplek pemukiman dengan sertifikat milik Muhammadiyah, serta berkedudukan stategis dan sangat dekat dari jalan pantura. Dahulu semua kegiatan dakwah terkoordinir melalui PRM, namun beberapa tahun belakangan terjadi kelesuan, sehingga dakwah di tingkat PRM kurang aktif. Najib memberikan masukan agar pimpinan daerah serta cabang menerjunkan da’I lebih sering lagi ke PRM Wonosari. Najib juga berpesan bahwa salah satu kunci keberhasilan dakwah adalah ketersediaan dana yang berasal dari zakat, infaq dan shadaqah. Untuk itu perlu digalakkan penggalangan dana ZIS tersebut melalui Lazismu, tutup Najib. (Cak San)

Peresmian Bangunan SD Muhammadiyah 04 Semarang

Sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci sukses sebuah sekolah, terutama guru harus mempunyai kompetensi yang standar, fokus dan konsisten dalam melaksanakan tugas pengajaran di sekolah.  Demikian disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Semarang, Prof. Dr. Kasmadi, M.Sc. saat meresmikan pemakaian gedung baru SD Muhammadiyah 04 Semarang Timur, Sabtu (04/08/18).

Faktor lain keberhasilan penyelenggaraan sekolah kata prof. Kasmadi, adalah pendanaan yang sehat. Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab penyelenggara, baik PCM maupun PDM. Untuk itu penyelenggara harus aktif dan kreatif dalam menggali sumber-sumber dana yang memungkinkan bisa diakses. Beliau mencontohkan, salah satu alternatif pendanaan sekolah adalah menggunakan dana zakat, infaq dan shadaqah. Seperti yang dilakukan dalam proses pembangunan dua ruang kelas SDM 04 tersebut, dana berasal dari infaq donatur yang disalurkan bekerjasama dengan Lazismu.

Ketua PCM Semarang Timur, H Rohmadi menyatakan terimakasih kepada semua fihak yang telah membantu mewujudkan pembangunan gedung tersebut. Selanjutnya akan dimanfaatkan menjadi dua ruang kelas bagi siswa baru tahun ini. Dirinya menambahkan bahwa pembangunan gedung tersebut adalah renovasi bangunan lama yang sudah rusak. Dengan berfungsinya gedung tersebut akan menambah manfaat dan mendukung dakwah Muhammadiyah di Semarang Timur. (cak San)

 

Beginilah Kyai Dahlan Mendidik Kita

Oleh: Dr. Adian Husaini

Peneliti INSISTS, Pendiri Pesantren at-Taqwa, Depok

“Tatkala umur 15 tahun, saya simpati kepada Kyai Ahmad Dahlan, sehingga mengintil (mengikuti. Pen.) kepadanya, tahun 1938 saya resmi menjadi anggota Muhammadiyah, tahun 46 saya minta jangan dicoret nama saya dari Muhammadiyah; tahun ’62 ini saya berkata, moga-moga saya diberi umur panjang oleh Allah Subhaanahu wa-Ta’ala, dan jikalau saya meninggal supaya saya dikubur dengan membawa nama Muhammadiyah atas kain kafan saya.”

(Soekarno)

***

Itulah sebagian isi pidato Bung Karno pada Muktamar Muhammadiyah di Jakarta, 25 November 1962. Bung Karno mengaku kagum dengan Kyai Ahmad Dahlan sejak usia muda, tatkala masih berdiam di rumah HOS Tjokroaminoto. Karena terpesona dengan ceramah-ceramah Kyai Dahlan, maka Soekarno muda berkali-kali mengikuti tabligh Kyai Dahlan. “… saya tatkala berusia 15 tahun telah buat pertama kali berjumpa dan terpukau – dalam arti yang baik – oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan,” kata Presiden Soekarno. Karena itu, lanjut Bung Karno, “saya ngintil – ngintil artinya mengikuti – Kyai Ahmad Dahlan itu.”

Itulah sosok Kyai Haji Ahmad Dahlan yang membuat Soekarno muda terpukau dan ‘ngintil’ kemana saja Kyai Dahlan berceramah. Seperti apakah pribadi Kyai Dahlan yang mempesona itu? Solichin Salam, dalam bukunya, K.H. Ahmad Dahlan, Reformer Islam Indonesia (1963), mendokumentasikan sosok dan perjuangan Kyai Dahlan.

“Kebesaran Kyai Dahlan tidaklah terletak pada luasnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya, melainkan terletak pada kebesaran jiwanya, kebesaran pribadinya. Dengan bermodalkan kebesaran jiwanya dan disertai keichlasan dalam berjuang dan berkorban inilah yang menyebabkan segala gerak-langkahnya, amal usaha dan perjuangannya senantiasa berhasil,” tulis Solichin Salam.

Tentang kepribadian Kyai Dahlan, digambarkan: “Pribadi manusia Ahmad Dahlan ialah pribadi manusia yang sepi ing pamrih, tapi rame ing gawe. Manusia yang ikhlas, manusia yang jernih, jauh dari rasa dendam dan dengki. Kyai Ahmad Dahlan adalah manusia yang telah matang jiwanya, karenanya beliau dapat tenang dalam hidupnya.”

Semangat perjuangan dan pengorbanan Kyai Dahlan dapat disimak dalam sejumlah kisah berikut. Saat Kyai Dahlan jatuh sakit, seorang dokter Belanda menasehatinya untuk beristirahat. Kata si Dokter: “Saya mengetahui apa yang menjadi cita-cita Tuan, dan sebagai seorang dokter, saya pun mengetahui penyakit yang kyai derita. Penyakit kyai ini tidak memerlukan tetirah keluar kota, tetapi cukup di rumah saja. Sakit kyai ini hanya memerlukan mengaso, lain tidak.”

Tetapi, Kyai Dahlan tidak memperhatikan nasehat dokter tersebut. Ia terus berkeliling daerah, bertabligh, tanpa peduli kesehatannya. Kyai Dahlan wafat pada 23 Februari 1923. Beberapa bulan sebelum wafatnya, Kyai Dahlan pergi 17 kali meninggalkan Yogyakarta untuk berbagai kegiatan dakwah.

Berikut ini di antara kegiatan Kyai Dahlan pada akhir-akhir hidupnya. Pada 7 Januari 1922, membuka rapat di Banyuwangi; 28 Januari 1922, membuat promosi di Jakarta tentang pendirian Sekolah Guru Agama Islam; 6 Agustus 1922, membuka pengajaran agama Islam di sekolah Hoogere Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (Sekolah Guru Tinggi untuk guru Bumiputra) di Purworejo; 7 Agustus 1922 membantu usaha pendirian sekolah agama Islam di Kepanjen; 21 September 1922, mengurus pengajaran agama Islam di H.K.S. Purworejo; 4 November 1922, membuka pengajaran agama Islam di O.S.V.I.A (Opleidingschool voor Indlansche Ambtenaren) di Magelang; dan berbagai kegiatan lainnya.

Jadilah guru!

Tidak diragukan, Kyai Ahmad Dahlan adalah pejuang dan tokoh pendidikan nasional sejati. Disebutkan, bahwa sebab-sebab didirikannya Persyarikatan Muhammadiyah adalah: (a) Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan al-Qur’an dan Sunnah Nabi sehingga merajalelanya syirik, bid’ah, dan tachyul. Akibatnya agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi, (b) ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi Islam yang kuat, (c) kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memproduksi kader-kader, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman, (d) karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam umat Islam, bagi keluhuran serta keberlangsungan agama Islam di Indonesia, berhubung dengan kegiatan dari zending dan missi Kristen di Indonesia, (e) adanya tantangan dan sikap acuh tak acuh (onverschillig) atau rasa kebencian di kalangan intelegensia terhadap agama Islam, yang oleh mereka dianggap sudah kolot serta tidak up-to-date lagi, (f) ingin menciptakan suatu masyarakat, di mana di dalamnya benar-benar berlaku segala ajaran dan hukum-hukum Islam.

Kyai Ahmad Dahlan memang seorang manusia amal. Ia bukan hanya berpikir, dan memahami masalah. Tetapi, lebih penting lagi, ia berpikir jauh ke depan, dan mencarikan solusi masalah secara mendasar. Bahkan, lebih dari itu, Kyai Dahlan langsung memimpin perjuangan itu sendiri; menjadikan dirinya, istrinya, dan keluarganya sebagai teladan perjuangan. Inilah yang membuat seorang Soekarno terpesona sejak usia mudanya.

Meskipun terjajah secara ekonomi, politik, dan militer, Kyai Dahlan paham benar, bahwa akar masalah umat dan bangsa ini terletak pada masalah pendidikan. Dari pendidikan inilah akan dilahirkan kader-kader umat dan bangsa. Uniknya, Kyai Dahlan memulai dari pendidikan kaum perempuan. Sebab, menurutnya, perempuan memegang peran penting dalam pendidikan anak.

Kyai Dahlan tidak menunggu gedung megah untuk membuka sekolah. Ia mulai dari serambi rumahnya. Di situlah belajar sejumlah murid pertama, seperti Aisyah Hilal, Busyro Isom, Zahro Muhsin, Wadi’ah Nuh, Dalalah Hisyam, Bariah, Dawinah, dan Badilah Zuber. Kyai Dahlan sendiri yang mengajar mereka. Sekolah itu belum diberi nama. Para murid belajar ilmu aqaid, fiqih, akhlak, qira’ah, dan lain-lain.

Barulah pada tahun 1913, sekolah itu berpindah ke gedung baru. Atas jasa putranya, H. Siraj Dahlan, terbentuklah sebuah madrasah yang diberi nama “al-Qismul Arqa”. Pada tahun-tahun berikutnya, madrasah ini diberi nama Hooger Muhammadiyah School, lalu menjadi Kweekschool Islam, dan pada 1932 berubah nama menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Inilah sekolah guru Muhammadiyah.

Sekolah guru ini dimaksudkan untuk melahirkan kader-kader pejuang. Patut dicatat, bahwa ketika itu, banyak orang tertarik menjadi guru karena status sosial yang tinggi. Banyak anak-anak muslim memasuki sekolah guru Belanda atau sekolah Guru Kristen, sehingga mereka menjadi sekuler atau menjadi Kristen.

Salah satu anak muslim yang berubah menjadi Katolik setelah memasuki sekolah guru Katolik adalah Soegijapranata. Buku “Ragi Carita: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an sampai Sekarang” karya Dr. Th. Van den End dan Dr. J. Weitjens SJ (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) menuliskan sekilas kisah Soegijapranata bersekolah guru dan mengubah agama menjadi Katolik di bawah asuhan Frans van Lith: “Waktu masuk Muntilan, Soegija menyatakan dia ingin sekolah, tak mau jadi Katolik, tetapi pada tanggal 24 Desember 1909 Albertus Soegijapranata dibaptis.”

Posisi sekolah guru (kweekschool) asuhan Frans van Lith diuntungkan oleh kebijakan pemerintah penjajah Belanda, khususnya di bawah Gubernur Jenderal AF van Idenburg (1909-1916) yang sangat berpihak kepada misi Kristen di Hindia Belanda (Indonesia). Lulusan sekolah ini diberi hak yang sama dengan sekolah milik Belanda untuk menjadi guru di sekolah-sekolah negeri. Bagi masyarakat umum saat itu, menjadi guru di sekolah-sekolah milik pemerintahan Hindia Belanda, dianggap bergengsi.

Jadi, Kyai Ahmad Dahlan paham benar akan nilai strategisnya aspek pendidikan. Sedangkan kunci keberhasilan pendidikan terletak pada kualitas guru. Dari sekolah-sekolah Guru Muhammadiyah inilah lahir para pemimpin, ulama, dan tokoh masyarakat. Bangsa Indonesia tak akan lupa sosok pahlawan besar, Jenderal Sudirman, seorang guru Muhammadiyah.

Batu pertama

Di bulan-bulan menjelang wafatnya, kondisi kesehatan Kyai Ahmad Dahlan semakin menurun. Dokter menyarankan ia beristirahat di sebuah daerah di lereng Gunung Bromo. Tapi, lagi-lagi, di situ pula Kyai Dahlan justru aktif berdakwah. Usaha murid-muridnya untuk membujuknya beristirahat gagal lagi. Maka, dimintalah Nyai Dahlan menasehati Sang Suami.

“Istirahat dulu, Kyai!” saran sang istri.

“Mengapa saya akan istirahat?” tanya Kyai Dahlan.

“Kyai sakit, istirahatlah dulu, menunggu sembuh,” kata Nyai Dahlan lagi.

“Ajaib,” kata Kyai Dahlan, “Orang di kiri kananku menyuruh aku berhenti beramal, tidak saya pedulikan. Tetapi sekarang kau sendiri pun ikut pula.”

Dengan meneteskan air mata, istrinya berucap, “Saya bukan menghalangi Kyai beramal, tetapi mengharap kesehatan Kyai, karena dengan kesehatan itulah Kyai dapat bekerja lebih giat di belakang hari.”

Kyai Dahlan pun menenangkan istrinya; menjelaskan latar belakang perjuangannya. “Saya mesti bekerja keras, untuk meletakkan batu pertama dari pada amal yang besar ini. Kalau sekiranya saya lambatkan atau pun saya hentikan, lantaran sakitku ini, maka tidak ada orang yang akan sanggup meletakkan dasar itu. Saya sudah merasa, bahwa umur saya tidak akan lama lagi. Maka jika saya kerjakan selekas mungkin, maka yang tinggal sedikit itu, mudahlah yang di bekalang nanti untuk menyempurnakannya.”

Suatu saat, seorang keponakan Kyai Dahlan bernama Badawi, menengoknya. Sang Kyai bertanya, “Apa maksudmu datang kemari, menghendaki matiku ataukah sakitku?” Badawi menjawab, “Tentu menghendaki sembuhnya Kyai.”

Maka Kyai Dahlan berujar, “Kalau kamu menghendaki sembuhku, tahukah kamu apa yang menjadi sebab sakitku ini? Yaitu, karena memikirkan Muhammadiyah. Karena itu bantulah Muhammadiyah. Pergilah kepada Muchtar dan tanyakan apa yang diperlukan Muhammadiyah.”

Ternyata, menurut Muchtar, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah memerlukan tenaga guru. Akhirnya, Badawi pun menyumbangkan tenaganya, mengajar di Mu’allimin Muhammadiyah.

Kira-kira seminggu sebelum wafatnya, Kyai Dahlan berpesan kepada murid-muridnya, “Aku tak lara ya, kowe kabeh temandanga!” (Saya mau sakit, bekerjalah kalian semua!”).

Beginilah Kyai Ahmad Dahlan mendidik kita; bagaimana memahami hidup, cinta dan ikhlas dalam perjuangan dan pengorbanan; juga bagaimana menjadi guru sejati, guru pejuang! Ia pun berpesan, “Kita manusia ini, hidup di dunia hanya sekali buat bertaruh. Sesudah mati, akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraan?”

KUNCI PERBAIKAN PENDIDIKAN KITA ADALAH KESUKSESAN MENANAMKAN AKHLAK MULIA… Semoga kisah perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam pendidikan tersebut bisa kita teladani.

Semoga dunia pendidikan kita TIDAK menghasilkan manusia-manusia yang gila dunia, lupa akhirat, sampai-sampai menghalalkan segala cara untuk meraih kursi sekolah, harta, dan tahta! Wallahu A’lam bish-shawab.

(Artikel ini dimuat di Jurnal ISLAMIA, Republika-INSISTS, edisi 19 Juli 2018)

http://www.smpmu-imamsyuhodo.com/2018/07/beginilah-kyai-dahlan-mendidik-kita.html