
MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, CANDISARI – Pimpinan cabang muhammadiyah Candisari 2 bekerjasama dengan lembaga dakwah komunitas PWM Jawa Tengah mengadakan pengukuhan pimpinan sekaligus pagelaran wayang kulit pada hari Ahad (27/08) berlokasi di taman Cinde, kelurahan Jomblang, kecamatan Candisari.
Dalam acara pengukuhan dan pagelaran wayang kulit tersebut turut dihadiri oleh Camat Candisari, Eka Kriswati S.H. M.M., Lurah Jomblang, Henry Nurcahyo S.Akun, Kapolsek Candisari, Iptu Handri Kristanto, Danramil Candisari, Mayor Inf. Suradi, segenap pimpinan daerah muhammadiyah kota Semarang serta pimpinan cabang muhammadiyah candisari 2 beserta para tamu undangan.
Ketua panitia acara, Dr. Abdul Kohar S.Pi. M.Si. didalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada camat Candisari beserta jajarannya, segenap pimpinan daerah muhammadiyah serta pimpinan cabang candisari 2 yang telah hadir dalam acara pengukuhan dan dilanjut dengan pagelaran wayang kulit. Alhamdulillah dari pcm Candisari 2 saat ini dapat menyelenggarakan pagelaran wayang kulit sehingga menjadi bukti bahwa organisasi Muhammadiyah tidak alergi terhadap budaya. Semoga acara bisa berjalan dengan lancar.
Sekretaris PDM Kota Semarang, H. Suparno BM. S.Ag. M.Si. kemudian mengukuhkan sebanyak 13 anggota pimpinan cabang muhammadiyah Candisari 2, antara lain:
1. Dr. Abdul Kohar S.Pi. M.Si. (ketua)
2. Ir. Salmadi Ismail S.Pd.
3. Suyanto S.H. M.H.
4. Ali Mustahmidi S.Pd.I.
5. Sumanto S.H. M.H.
6. Didik Widayat S.Pd.I.
7. Muzazin S.E.
8. Drs. Djurfi Jaman Nur
9. Ahmad Nurdin S.H.I.
10. Tugiman Idris
11. Khaelani S.Ag.
12. Muhammad Hidayat Setyawan S.Ked. MMR.
13. Edi Raharjo AMK.I.

Setelah dilakukannya acara pengukuhan segenap pimpinan cabang muhammadiyah Candisari 2, kemudian dilanjutkan acara pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki KRAT H. Ketut Budiman S.T. M.Eng. dengan lakon Wisanggeni Wahyu Wiji Sejati.
Alur cerita pewayangan tersebut menampilkan sosok Wisanggeni yang merupakan tokoh pemberani dalam membela kebenaran serta menegakkan amar maruf nahi mungkar. Tokoh Wisanggeni dalam alur cerita mulai saat akan dilahirkan sudah diganggu sama para penjahat dan akhirnya lahir secara prematur (7 bulan), karena ibu dari Wisanggeni akan dijadikan istri oleh dewa Srani. Begitu dilahirkan Wisanggeni ternyata mau dimasukkan kedalam kawah candradimuka, dan ternyata setelah dimasukkan kedalam kawah bukannya mati malah muncul kesaktiannya, dikarenakan kakek dari Wisanggeni adalah dewa api atau biasa disebut Batara Bromo. Wisanggeni begitu beranjak dewasa mulai menanyakan tentang masa kecilnya kepada para dewa dan tenyata semua tidak tahu, dan akhirnya Wisanggeni marah dan semua dewa berhasil dikalahkan, termasuk Batara Guru. Wisanggeni mendapatkan wahyu wiji sejati sebagai penglurah satru murka, artinya pembasmi semua kejahatan serta menegakkan keadilan.

Ketua PDM Kota Semarang, Drs. H. Fahrurrozi M.Ag. menyampaikan bahwa meskipun Muhammadiyah setiap kegiatannya berpedoman kepada sunnah tetapi tidak mengharamkan wayang, dikarenakan wayang juga bisa dijadikan sebagai sarana dakwah diera moderen saat ini. Muhammadiyah juga harus bisa membedakan TBC (Tahayul, Bid’ah, Khurafah) dengan kreatifitas budaya, sehingga dakwah yang selama ini sudah berjalan tetap bisa berdampingan dengan budaya. Serta menegaskan melalui pertunjukan wayang kuit ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah ikut berpartisipasi dalam melestarikan budaya wayang kulit yg sudah ditetapkan oleh Unesco sejak tahun 2003.
Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara