
MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, SEMARANG – Setiap muslim tentu harus memiliki cita-cita, orientasi, dan tujuan hidup, baik bersifat duniawi maupun ukhrawi. Dengan tujuan dan cita-cita tersebut, maka manusia akan meraihnya dengan sungguh-sungguh.
Ustadz Amiril Edi Pramono ketika mengisi tausiah dalam kajian Ahad pagi Majelis Tabligh PDM Kota Semarang menjelaskan bahwa dalam suatu qaul (perkataan) dikatakan bahwa dalam menggapai kebutuhan dunia, hendaknya setiap manusia bersungguh-sungguh seolah akan hidup selamanya di dunia. Begitupun dengan orientasi ukhrawi dengan dimensi ibadah kepada Allah SWT hendaknya sungguh-sungguh, seakan-akan esok akan menghadap Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWt dalam surat Ali Imron ayat 133 :
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
Penjelasan dari ayat tersebut adalah untuk melaksanakan amal saleh, agar mendapatkan ampunan yang besar dari Allah atas segala dosa-dosa. Juga, agar mendapatkan surga yang amat luas, seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan untuk orang-orang yang takut kepada Allah dan siksa-Nya.
Oleh sebab itulah latar belakang ibadahnya para nabi. Mereka beribadah karena ingin mengungkapkan rasa syukur. Bukan karena ingin mencari pahala. Bukan pula karena takut hukuman dari Allah. Tidak seperti kita yang beribadah karena ingin meraih pahala. Atau, karena takut adanya azab Allah yang sangat mengerikan.
Perbedaan latar belakang itu karena paradigma yang juga berbeda. Kita ingin beribadah karena ingin dapat untung dari Allah. Atau, berharap terhindari dari sesuatu yang merugikan. Sementara para Nabi beribadah didorong rasa cinta, rasa malu. Cinta karena tak ada yang lebih pantas diletakkan cinta dalam hati yang mulia selain kepantasan cinta kepada Yang Maha Penyayang. Dan malu karena menyadari begitu banyak nikmat yang terus mengalir dan melimpah.
Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara