Urgensi Pembentukan Ekosistem dan Kultur PonpresMu


MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, SEMARANG – Hari Sabtu (24/02) bertempat di lantai 2 Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Muhammadiyah Kader Ulama (TQMU) Ahmad Dahlan, Ngaliyan Kota Semarang, diadakan kegiatan Halaqah ke-2 Pondok-Pondok Pesantren Muhammadiyah se kota Semarang. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Pesantren (LPP) PDM Kota Semarang. Halaqah di dilaksanakan di saat pembelajaran Semester Genap mulai berjalan dan dihadiri para pengasuh dari.pondok-pondok pesantren Muhammadiyah di Kota Semarang.


KH. Ahmad Yusuf Isnan selaku Kepala Pengasuh Pondok Pesantren Ahmad Dahlan dan tuan rumah menyambut baik kegiatan ini. Di tengah kesibukan Pondok Pesantren Ahmad Dahlan dalam memberikan pembekalan bagi 30 santri baru dan 15 santri lama, merasa sangat terhormat bisa menjadi tuan rumah. Ia berharap pondok-pondok MU bisa saling bersinergi untuk memajukan pondok pesantren bersama-sama.


Wakil ketua PDM kota Semarang bidang LPP, Prof. Dr. Ahwan Fanani M.Ag. M.S. menyampaikan bahwa Halaqah ini diarahkan untuk penguatan kurikulum dan pengelolaan Pondok Pesantren Muhammadiyah di kota Semarang. Secara bertahap pondok-pondok pesantren Muhammadiyah (PonpesMu) di Kota Semarang menggeliat dan bertambah jumlahnya. Jika pada halaqah lalu, hanya ada 5 Ponpes Muhammadiyah, maka sekarang ada tambahan lagi, yaitu Muhammadiyah Boarding School (MBS) Mijen,sehingga total ada 6 PonpesMu di kota Semarang. Jumlah itu belum memasukkan Ponpes yang dimiliki dan dikelola mandiri oleh warga Persyarikatan. Kemungkinan jumlah PonpesMu di Kota Semarang masih akan bertambah.


Ketua PCM Ngaliyan sekaligus pakar Evaluasi Pendidikan UIN Walisongo, Dr. H. Karnadi Hasan menyampaikan berbagai bentuk pesantren dan jalurnya di kementerian serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah pesantren. Ia menekankan pentingnya kitab, masjid, pengasuh, santri, dan gedung pondok sebagai satu ekosistem PonpesMu. Pekerjaan Rumah bagi PonpesMu adalah penataan manajemen, kurikulum sesuai dengan kebutuhan kader ulama Muhammadiyah, dan pembangunan kultur pesantren.

“Kultur pesantren tidak lepas dari kurikulum, kitab, dan pembinaan santri pesantren. PonpesMU harus dibina dalam 4 aspek: pembinaan akidah, ibadah, muamalah, dan perilaku sehari-hari. Tentunya, struktur dan tata pengelolaan PonpesMU juga harus tersistem dengan baik, pungkasnya”


Kegiatan diakhiri dengan diskusi hangat oleh seluruh peserta. Halaqah 2 ini memunculkan banyak isu terkait pengelolaan PonpesMu, utamanya adanya perbedaan karakteristik PonpesMu di Kota Semarang. PonpesMU takhassus fokus pada pembinaan aspek tertentu bagi santri, sedangkan MBS pada dasarnya beririsan dengan tugas Dikdasmen. Selain, itu hubungan pengasuh, BPH, dan PCM menjadi pembahasan karena adanya perbedaan dalam melihat hubungan antara ketiganya.


Halaqah ke-2 ini akan ditindaklanjuti dengan halaqah-halaqah selanjutnya. Jika halaqah ke-2 banyak menekankan kurikulum dan pengelolaan, malam halaqah ke depan bisa mengarah kepada partisipasi santri dan kemungkinan kerjasama antar pesantren dalam pembinaan santri,seperti kunjungan santri, perlombaan santri antar-Ponpes Mu.




Kontributor : Mustaghfirin
Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara