Hidup Sehat Ala Rasulullah




MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, GAYAMSARI – Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting harus selalu dijaga dan perhatikan. Karena kesehatan merupakan nikmat besar kedua setelah iman. Untuk melaksanakan amalan atau ibadah dibutuhkan fisik yang kuat. Seperti dalam melaksanakan haji ini sangat membutuhkan fisik yang sehat dan kuat, sholat, puasa, dan ibadah-ibadah yang lain.

Ustadz Amiril Edi Pramono M.Ag. ketika menjadi narasumber dalam kajian AMM Gayamsari

Ustadz Amiril Edi Pramono M.Ag. ketika memberikan tausiah dalam kajian AMM Gayamsari menceritakan bahwa melihat riwayat kehidupan Rasulullah hanya pernah sakit dua kali, yaitu saat Rasulullah diracun sama orang Yahudi dan saat menjelang wafat. Dalam salah satu sunnah-Nya, ia mengingatkan agar selalu menjaga diri dan berusaha untuk sehat.


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyebutkan :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya : Banyak manusia merasa rugi dalam dua nikmat, kesehatan dan waktu luang.


Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa iman yang kuat ditambah fisik yang mumpuni bisa membawa kebaikan lain, seperti mendatangkan ide-ide yang baik, kemampuan memecahkan masalah dan menjalankan ibadah dengan lebih siap. Semakin baik kondisi seseorang yang disertai iman yang kuat, maka akan semakin dicintai Allah Ta’ala.


Ustadz Amiril Edi Pramono juga menyampaikan tentang cara hidup Rasulullah sehingga dapat menjaga kesehatan tubuhnya. Antara lain sering mengkomsumsi makanan halal dan bergizi, sering mengkomsumsi madu dan kurma, makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang, tidur malam yang cukup dan posisi tubuh miring ke kanan, menjaga kebugaran dengan berolahraga, berpuasa, serta selalu berpikir positif.


Sebagai penutup ustadz Amiril Edi Pramono menyampaikan bahwa Islam sangat mementingkan kesehatan dan menempatkannya sebagai nikmat teratas dan terbesar dalam urutan nikmat yang diterima manusia. Nikmat tersebut wajib kita syukuri, dengan cara menggunakannya untuk berbuat baik, seperti menolong orang kesusahan, memperbanyak ibadah, meningkatkan ilmu pengetahuan, bersilaturahmi, dan seluruh amal saleh yang mendatangkan manfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.





Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara

Halal Bihalal Keluarga Besar Pemuda Muhammadiyah & KOKAM Kota Semarang

Halal Bihalal Keluarga Besar Pemuda Muhammadiyah dan KOKAM Kota Semarang

MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, SEMARANG – Pimpinan Daerah Pemuda Muhamadiyah Kota Semarang menggadakan kegiatan halal bihalal yang dihadiri oleh segenap anggota dan penggurus dari Pemuda Muhammadiyah serta Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) se-kota Semarang pada hari Senin, tanggal 1 Mei 2023 yang bertempat di Aula lantai 5 PDM Kota Semarang kompleks Masjid At-Taqwa RS Roemani.

Dalam kegiatan halal bihalal tersebut turut dihadiri oleh ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Semarang, Drs. H. Fahrur Rozi M.Ag., sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Semarang, Rosyid Ridlo S.Pd., komandan Komado Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) Kota Semarang, Muzazin.

Komandan KOKAM Surya Singosari Kota Semarang, Muzazin ketika memberikan sambutan dalam kegiatan halal bihalal PDPM & KOKAM Kota Semarang

Komandan Kokam Surya Singosari Kota Semarang, Muzazin ketika memberikan sambutan kegiatan halal bihalal tersebut menyampaikan tentang beberapa program kegiatan yang akan diikuti oleh KOKAM Kota Semarang. Salah satunya adalah giat PAM MUSYDA PDM Kota Semarang, dalam penyampaian tersebut Muzazin menjelaskan tentang persiapan pengamanan Musyawarah Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Kota Semarang yang ke-48 pada hari Ahad, tanggal 21 Maret 2023 di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus). Selain itu juga menyampaikan tentang kegiatan Jambore KOKAM Se-Jawa Tengah yang akan diadakan di Klaten pada tanggal 16-18 Juni 2023.

Ketua PDM Kota Semarang, Drs. H. Fahrur Rozi M.Ag. ketika memberikan sambutan dalam halal bihalal PDPM & KOKAM Kota Semarang

Ketua PDM Kota Semarang, Drs. H. Fahrur Rozi M.Ag dalam sambutannya menyampaikan pentingnya angkatan muda Muhammadiyah untuk menjadi kader militan. Adapun pengertian dari kader militan itu sendiri adalah kader yang ketika mendapat tugas dan mendengar perintah dari qiyadah (pemimpin, murobbi, atau pembina) meresponnya dengan cepat-cepat tanpa ragu atau berkomentar, karena ia memahami bahwa tugas dan perintah yang datang dari qiyadah adalah untuk segera dilaksanakan bukan untuk didiskusikan.

Menurut Drs. H. Fahrur Rozi M.Ag., Militansi Muhammadiyah adalah ketangguhan dalam ber-Muhammadiyah yang dibangun di atas basis nilai-nilai dasar gerakan yang meliputi paham agama, manhaj tarjih, Muqaddimah Anggaran Dasar, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. setidaknya ada beberapa ciri-ciri sifat yang harus dipunyai oleh seorang Kader Militan Muhammadiyah, antara lain selalu percaya diri, mempunyai komitmen dan komunikasi yang baik, sanggup untuk berkompetisi dan peduli terhadap sesama.

Sebagai penutup dalam sambutannya, Drs. H. Fahrur Rozi M.Ag. meyakini bahwa kader-kader yang ada sekarang ini bila diperhatikan, dalam bentuk program untuk memberdayakan daya fikrahnya dan dalam rangka menggali potensi mereka dan memberikan peluang-peluang yang cocok bagi usaha mereka, kemudian memberikan kepercayaan kepada mereka, Insha Allah ada jalan alternatif untuk menumbuhkembangkan kepribadiannya sehingga mereka merasakan kenyamanan dan dapat istiqamah dalam menjalankan amanah secara kolektif di rumah besar Muhammadiyah.






Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara

Kitab Iman

MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, SEMARANG – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah melalui pemuda dan remaja masjid At-Taqwa PDM Kota Semarang secara rutin menyelenggarakan kajian yang diperuntukkan bagi masyarakat umum pada hari Kamis bada maghrib setiap pekannya. Bertempat di masjid At-Taqwa kompleks RS Roemani Semarang. Untuk tanggal 10 Februari 2022, kajian tersebut diisi oleh narasumber ustadz H. Muhammad Arif Rahman Lc.MA. Beliau menjabat sebagai Dewan Syariah Lazismu Kota Semarang, yang akan menyampaikan tema “Kitab Iman” sesuai Kitab Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.

Ustadz H. Muhammad Arif Rahman Lc.MA. ketika menjadi narasumber dikajian pemuda masjid At-Taqwa RS Roemani

Bagi warga Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih layaknya “kitab undang-undang”. Putusan merupakan produk intelektual tertinggi Majelis Tarjih Muhammadiyah yang sifatnya resmi dan mengikat bagi internal (tidak dipaksakan ke luar organisasi). Disusul produk di bawah Putusan berupa Fatwa dan Wacana. Belakangan ditambah dengan Taujihat.

Institusi yang melakukan ijtihad dan mengeluarkan produk ini adalah Majelis Tarjih, sebuah lembaga ijtihad jama’i di lingkungan Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari para ahli, orang-orang yang memiliki kompetisi ushuliyah dan ilmiah dalam bidangnya masing-masing. Majelis Tarjih lahir pada 1927 dalam Kongres Muhammadiyah ke-16 di Pekalongan atas usulan KH Mas Mansur.

Majelis Tarjih lahir untuk merespons konteks sosial keagamaan umat Islam serta tuntutan untuk persatuan umat Islam di Hindia Belanda. Saat itu, umat mengalami gejala pemikiran sempit, sulit menerima perbedaan, fanatisme berlebihan terhadap mazhab, dan cenderung mudah saling mengkafirkan sesama Muslim. Semangat lahirnya Majelis Tarjih adalah mewujudkan persatuan umat yang berbeda pandangan, paham, dan mazhab.

Lahirnya sebuah Putusan telah melalui serangkaian proses pembahasan di internal Majelis Tarjih, digodok secara intensif dalam Musyawarah Nasional Tarjih hingga kemudian ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setelah ditanfidz, barulah produk itu menjadi sah dan resmi mewakili Persyarikatan Muhammadiyah untuk dipedomani. Penyusunannya berpedoman pada manhaj tarjih sesuai ideologi Muhammadiyah.

Buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah

Pembahasan Buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah Bab Pendahuluan

لاَاِله الاّ االله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِهِ الحَوْلُ وَالقُوَّةُ. الحَمْدُاللهِ المُبْدِئِ لِلعَوَالِمِ
وَالمُعِيْدِ الاَرْوَحَ اِلَى الأَجْسَامِ يَوْمَ القِيَامَةِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَاَفْضَلِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أَلِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَقَدْ وَرَدَ
فِىالْحَدِيْثِ عَنْ عُمَرَ رَضِىَ االله عَنْهُ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ
االله (صلعم) ذَاتَ يَومٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ
الشَّعَرِ لاَيُرَى عَلَيهِ اَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا اَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ اِلَى النَّبِىِّ
(صلعم) فَاَسْنَدَ رُآْبَتَيْهِ اِلَى رُآْبَتَيْهِ وَوَضَعَ آَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا
مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ. قَالَ رَسُوْلُ االله (صلعم): الإِسْلاَمُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ االله وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ االله وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّآَاةَ وَتَصُومَ
رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ
يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِى عَنِ الإِيْمَانِ. قَالَ: اَنْ تُؤْمِنَ بِا اللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَآُتُبِهِ وَرَسُلِهِ وَالْيَومَ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ.
(الحديث رواه مسلم).

Pembahasan

Tiada tuhan selain Allah sendiri, tiada bersekutu dan dengan-Nyalah adanya daya-kekuatan. Segala puji untuk Allah yang menciptakan semua ‘alam dan yang mengembalikan ruh kepada jasadnya di hari Kiamat. Rahmat dan Salam semoga terlimpah pada junjungan Nabi Muhammad s.a.w. penutup para Nabi dan seutama-utamanya Utusan, serta pada sekalian keluarganya.

Tersebut dalam hadist, dari shahabat ‘Umar r.a: “ Saat kami duduk pada suatu hari bersama-sama Rasulullah s.a.w. datanglah seorang laki-laki, putih bersih pakaiannya hitam bersih rambutnya, tak terkesan padanya tanda orang yang sedang bepergian dan tiada seorangpun diantara kami yang mengenalnya; kemudian ia bersimpuh dihadapan Nabi dengan merapatkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya pada paha Nabi. Lalu ia berkata: ”Hai Muhammad, terangkanlah padaku tentang Islam!”. Nabi menjawab: ”Islam ialah engkau mempersaksikan: tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan pergi Haji bila kamu mampu melakukannya”. Kata orang itu: ”Benar engkau”. Maka kami terheran, kenapa ia bertanya lalu ia membenarkan. Orang itu bertanya lagi: terangkanlah padaku tentang Iman!” Nabi menjawab: “Iman ialah bahwa engkau percaya akan Allah, malaikatnya, kitab-kitab-nya, Rasul-rasulnya, hari kemudian dan percaya akan takdir baik dan takdir buruk”. Orang itu berkata :” Benar engkau!”.(Hadist riwayat Muslim).

Para jamaah yang khusyu mendengarkan tausiah dari ustadz H. Muhammad Arif Rahman Lc.MA.

َمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1 (مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ
العَالَمَ آُلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ االلهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ (2 (وَعَلَى
اّنَّ النَّظْرَ فِى الكَوْنِ لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (3 (وَهَا نَحْنُ نَشْرَعُ فِى
بَيَانِ اُصُولِ العَقَائِدِ الصَّحِيْحَة

Pembahasan

Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam pengetahuan tentang ‘alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama (3). Dan demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan pokok-pokok kepercayaan yang benar.

Kantor Lazismu Daerah dikompleks Masjid At-Taqwa RS Roemani Semarang

Salurkan donasi terbaik anda melalui:

Lazismu PDM Kota Semarang
Memberi Untuk Negeri

Zakat
Bank Syariah Indonesia
777 888 1785

Infaq
Bank Syariah Indonesia
777 888 1785

Konfirmasi :
0856 4087 3531 (call center Lazismu Kota Semarang)
0813 2755 1238 (Abdullah Hasan)

Penulis : Muhammad Arief Rahman
Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara

Dari Mata Jatuh Ke Hati

MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, SEMARANG – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah yang diwakili oleh pemuda dan remaja masjid At-Taqwa PDM Kota Semarang secara rutin menyelenggarakan kajian yang diperuntukkan bagi masyarakat umum pada hari Kamis bada maghrib setiap pekannya. Bertempat di masjid At-Taqwa kompleks RS Roemani Semarang. Untuk tanggal 27 Januari 2022, kajian tersebut diisi oleh narasumber ustadz H. Sarmadi Jasri, S.Ag. M.Pd.I. Beliau menjabat sebagai Bina Rohani RS Roemani Muhammadiyah, yang akan menyampaikan tema “Dari Mata Jatuh Ke Hati”.

Ustadz H. Sarmadi Jasri S.Ag. M.Pd.I. ketika menjadi narasumber kajian PDPM di masjid At-Taqwa RS Roemani

Pengertian Qalbun

Qalbun merupakan istilah yang sering digunakan oleh banyak kalangan umat muslim khususnya di wilayah Indonesia. Istilah ini sering kita jumpai dan digunakan oleh para mubaligh dalam menyampaikan isi materi dakwah Islam. Kata qalbun meurut Para ahli bahasa berasal dari kata bahasa arab yaitu: Qalaba – Yaqlibu – Qalban mengikuti wazan fa`ala- yaf’ilu – Fa’lan. Sehingga masih meiliki arti makna umum yaitu membalikan, kata jama` dari kata tersebut Quluubun. Qalaba adalah kata yang berbentuk fi`il madli yang bermakna telah membalikan, dan yaqlibu adalah kata berbentuk fi`il mudlori yang bermakna sedang membalikan atau akan membalikan, dan Qalban adalah kata masdar yang bermakna balik. kata qalbun sering digunakan dalam majlis-majlis dzikir ketika memberikan ceramah dengan ungkapan qalbun salim, qalbun maridh dan qalbun qoswah.

a. Qalbun Salim

Secara bahasa, qolbun salim berasal dari dua kata bahasa Arab, yaitu qolbun yang berarti ‘hati’ dan salim  yang berarti ‘bersih, suci, dan lurus’. Jika kedua kata ini digabungkan, maka akan membentuk arti ‘hati yang lurus, bersih, suci, dan ikhlas dalam segala gerak, pikiran, perasaan, perbuatan dan lain sebagainya hanya kepada Allah Swt’.

Sebagaimana firman Allah dalam surat As-Syu’ara’ ayat 87-89 :

وَلَا تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَۙ

87. dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ

88. (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna,

اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ

89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

Tafsir :

Makna qalbun salim dalam QS Asy-Syu’araa: 87-89, yaitu hati yang terletak di dalam dada sebelah kiri yang dapat menyelamatkan manusia pada hari kebangkitan kelak. Dimana hati yang selamat itu yakni hati yang bersih dari segala noda dosa berupa kemusyrikan, kecintaan terhadap duniawi, sikap pamrih dan kedurhakaan serta kemurnian jiwanya dan memiliki kebagusan i’tiqadnya dalam setiap melakukan kebaikan. Sejak lahir manusia telah membawa fitrahnya masing-masing, berupa keyakinan Tauhid (ke Esaan Allah). Keyakinan tersebut terletak dalam hati setiap manusia. Dimana apabila keyakinan tersebut senantiasa dipelihara sejak dini, maka keyakinan tersebut akan semakin tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Hal tersebut tidaklah luput dari suatu pembinaan, yaitu berupa pembinaan aqidah. Keyakinan tersebut tidaklah otomatis berkembang melainkan tergantung pada manusia itu sendiri dan peran utama kedua orang tuanya yang berkewajiban memberikan pembinaan aqidah. Untuk itu pembinaan aqidah mempunyai peranan yang penting agar menjadi landasan bagi manusia dalam mengaktualisasikan fitrahnya secara utuh, selaras dengan tujuan penciptaannya.

b. Qalbun Maridh

Qolbun Maridh itu adalah orang munafik atau orang-orang yang mempunyai sifat seperti orang munafik, contoh sombong, ria, syirik, dendam, iri hati, dengki, pengkhianat, pezina, dan penyebar berita bohong.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 10 :

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ

Terjemah Arti : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.

Tafsir :

As-Saddi mengatakan dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud serta dari sejumlah sahabat Rasul Saw. sehubungan dengan firman-Nya, “Fi qulubihim maradun,”” di dalam hati mereka ada penyakit, yakni keraguan.”Fazadahumullahu maradan,” lalu ditambah Allah penyakitnya, yakni keraguannya. Ibnu Ishaq mengatakan dari Muhammad bin Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Said bin Jabir, dari Ibnu Abbas, bahwa fi qulubihim maradun artinya keraguan. Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas serta Qatadah. Dari Ikrimah dan Tawus disebutkan sehubungan dengan firman-Nya, “Fi qulubihim maradun” di dalam hati mereka ada penyakit, yang dimaksud ialah riya (pamer).
Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas bahwa. fi qulubihim maradun artinya nifaq, dan fazadahumullahu maradan yakni nifaq (munafik) pula; pendapat ini sama dengan yang pertama. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan fi qulubihim maradun artinya penyakit dalam masalah agama, bukan penyakit pada tubuh. Mereka yang mempunyai penyakit ini adalah orang-orang munafik, sedangkan penyakit tersebut adalah berupa keraguan yang merasuki hati mereka terhadap Islam. Fazadahumullahu maradan artinya “lalu ditambah oleh Allah kekafirannya.

c. Qalbun Qaswah

Makna qalbun qaswah pada umumnya adalah hati yang keras sehingga tidak dapat menerima ajakan kebaikan dan menolak kebenaran. Sebagaimana firman Allah didalam surat Al-Baqarah ayat 74 :

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْن

Terjemah Arti : Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.

Tafsir :

Ayat berikut menerangkan respons kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad tentang kisah kakek moyangnya. Kemudian setelah kamu, kaum Yahudi, mendengar kisah dan mengetahui sikap mereka itu, hatimu menjadi keras, sehingga menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras dari batu. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap tidak mau beriman walaupun telah mengetahui bukti-bukti kekuasaan Allah, seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, bahkan mereka justru bertambah ingkar kepada Tuhan. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya, sementara dari celah hatimu tidak ada setitik cahaya ketakwaan yang memancar. Di antara batu itu ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, tetapi hatimu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya Ilahi yang terserap. Dan ada pula di antara batu itu yang meluncur jatuh karena tunduk dan takut kepada azab Allah, sedangkan hatimu semakin menunjukkan kesombongan yang tampak dari sikap dan tingkah lakumu. Bila kamu tidak mengubah sikap dan terus dalam keangkuhan, ketahuilah bahwa Allah tidaklah lengah atau lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah pasti mengetahui semua yang kamu perbuat, karena Dia selalu mengawasimu setiap saat.

Masjid At-Taqwa RS Roemani, tempat berlangsungnya kajian PDPM Kota Semarang

Penyakit Hati Dalam Islam

Saat menyebut atau membahas mengenai penyakit hati dalam perspektif Islam, biasanya yang dimaksud bukanlah penyakit hati jasmaniah seperti penyakit hepatitis, liver, sirosis, dan sebagainya. Dalam Islam, penyakit hati memiliki dua makna. Yang dimaksud dengan penyakit hati dalam Islam lebih kepada kerusakan pandangan dan keinginan seseorang terhadap realita atau kebenaran yang ada di hadapannya. Penyakit hati seringkali diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan sejenisnya.

Mengutip Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi menekankan penyakit hati dalam 4 bagian beserta obatnya, antara lain:

a. Pamer (riya) : dia menipu dirinya sendiri . mengharap pujian orang lain                
Obatnya tawadhu’ dan melihat kebesaran Allah
b. Marah (al-Ghodhob) : Memuncaknya kepanikan di kepala, pelampiasan kepada dirinya bahkan sering ke orang lain
Obatnya : mujahadah, sabar dan kasih sayang
c. Ujub : Rasa bangga diri, kagum pada diri sendiri                 
berbeda dengan Al-kibr : merendahkan orang lain
d. Iri hati (alhasad) :  akibat kegagalan  seseorang dalam mencapai suatu tujuan, rasa ingin memiliki.
gejala yang nampak memukul, mencela, menghina, membuka rahasia orang.

Hasad menjadi sifat tercela tentu bukan tanpa alasan. Banyak riwayat yang menjelaskan betapa berbahayanya sifat hasad. Mulai dari al-Quran, hadis, bahkan pembahasan para ulama. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut :

Hadits Riwayat Bukhari, Tirmidzi, dan Nasa’i :

عَن ابنِ عُمَرَ رَضي اللٌهُ عَنهاَ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم لآحَسَدَ ألآ فيِ اثنَتَينِ رَجُلُ اتَاهُ اللٌهُ القُرانَ فَهُو يَقُومُ بِه انَأءَ اللًيلِ وَانَأءَ النَهَارِ وَرَجُلُ اعطَاهُ مَالآ فَهُوَ يُنفق مِنهُ انَأءَ الٌلَيِل وَانَأءَ النٌهَارِ.(رواه البخارى ومسلم والترمذى والنسائى وأبن ماجه).

Artinya : Dari Ibnu Umar r.huma, berkata bahwa Rasulullah SAW Bersabda: “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Alquran). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (Hr. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i)

Serta dalam hadits riwayat Abu Daud :

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّرُ الْحَطَبَ

Artinya: “Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan. Sebagaimana api memakan kayu bakar,” (HR. Abu Daud No. 4257 dari Abu Hurairah)

Sebagaimana arti dalam hadis tersebut, sedikit sifat hasad mampu menghanguskan kebaikan yang telah dilakukan dengan banyak usaha. Kebaikan yang banyak tersebut dapat hilang tanpa sisa selayaknya kayu bakar yang menjadi abu saat dibakar.

Para jamaah yang khusyu mendengarkan tausiah dari ustadz H. Sarmadi Jasri S.Ag. M.Pd.I.

Tazkiyatun nafs

Tazkiyatun nafs terdiri dari dua kata, yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka yang artinya penyucian, pembinaan, serta penumbuhan jiwa menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi. Dalam Ensiklopedi Islam, nafs (nafsu) dipahami sebagai organ rohani manusia yang memiliki pengaruh paling besar di antara anggota rohani lainnya. Organ ini mengeluarkan instruksi kepada anggota jasmani untuk melakukan suatu tindakan. Al-Ghazali menjelaskan bahwa tazkiyatun nafs merupakan pembersihan diri dari sifat kebuasan, kebinatangan, dan setan untuk kemudian mengisi dengan sifat-sifat terpuji. Untuk menyucikan jiwa, ada tiga fase yang mesti dilalui. Antara lain :

1. Dzikrullah
Dzikrullah dapat dilakukan dengan dua cara, dengan mengingat Allah dan banyak berdzikir dengan bertasbih, bertahmid, bertahlil (mengucapkan Laa ilaha illallaah), ataupun bertakbir. Dan dengan memahami makna-makna Alquran dan hukum-hukumnya. Karena di dalam Alquran terdapat dalil-dalil dan petunjuk-petunjuk yang jelas, serta bukti kebenaran yang nyata. Sebagaimana firman Allah didalam surat Ar-Ra’d ayat 28 :

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

Terjemah : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

2. Sholat
Shalat merupakan rukun islam yang kedua, memperhatikan shalat merupakan bagian dari kewajiban seorang muslim. Shalat mampu menyucikan jiwa, dan menjadikan seorang hamba pantas untuk bermunajat kepada Allah SWT. terlebih shalat pula bisa menghalangi seseorang dari perilaku keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah didalam surat Al-Ankabut ayat 45 :

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Terjemah Arti: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

3. Dzikrul Maut

Selalu ingat mati (zikrul maut) akan merangsang kita untuk memperbanyak amal saleh. Paling tidak, ada lima zikrul maut yang bisa kita lakukan. Antara lain :

a. Menjenguk orang sakit guna mendapatkan hikmah agar menjadi semakin sadar betapa pentingnya kesehatan itu. Dengan sakit, seseorang tidak akan bisa melakukan apa-apa, sehingga akan tertanam tekad untuk memanfaatkan masa sehat dengan banyak beribadah kepada Allah SWT.

b. Takziyah atau mendatangi orang yang meninggal. Takziyah dimaksudkan untuk mendoakan mereka yang mati, menggembirakan anggota keluarga yang ditinggal, serta ikut mengurus jenazah dengan memandikan, menshalatkan, dan menguburkannya. 

c. Melakukan ziarah kubur. Ziarah kubur ini semula dilarang oleh Rasulullah SAW, namun kemudian dianjurkan dalam rangka zikrul maut. Ziarah kubur akan memberi kesadaran bahwa cepat atau lambat, kita pun akan seperti orang yang berada dalam kuburan itu. Masalahnya, kebahagiaan atau siksaan yang akan kita terima, sangat tergantung dari amal saleh yang kita lakukan selama hidup.

d. Memantapkan keimanan kita akan datangnya hari kiamat atau hari akhir. Bukan seperti keyakinan orang-orang kafir yang memungkiri akan adanya hari akhirat. Sebagaimana firman Allah didalam surat Al-Jasiyah ayat 24 :

وَقَالُوْا مَا هِيَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ اِلَّا الدَّهْرُۚ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍۚ اِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ

Terjemahan Arti : Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.

e. Menghayati dalil-dalil kehidupan akhirat yang banyak tergambar dalam Alquran maupun hadis Rasulullah SAW berupa siksaan bagi yang ingkar dan balasan surga buat yang beramal saleh. Sebagaimana dalam firman Allah didalam surat An-Nisa ayat 56 :

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَارًاۗ كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنٰهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا الْعَذَابَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

Terjemahan Arti : Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-perkasa, Mahabijaksana.

Kantor Lazismu Daerah dikompleks Masjid At-Taqwa RS Roemani Semarang

Salurkan donasi terbaik anda melalui:

Lazismu PDM Kota Semarang
Memberi Untuk Negeri

Zakat
Bank Syariah Indonesia
777 888 1785

Infaq
Bank Syariah Indonesia
777 888 1785

Konfirmasi :
0856 4087 3531 (call center Lazismu Kota Semarang)
0813 2755 1238 (Abdullah Hasan)

Penulis : Sarmadi Jasri
Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara