SEMARANG-Sistem politik Indonesia, merujuk pada Undang‑Undang Partai Politik dan Undang‑Undang Pemilu, belum berhasil menjadi instrumen efektif dalam proses rekrutmen politik. Model rekrutmen elit kekuasaan di tingkat partai, parlemen, dan birokrasi belum berjalan secara optimal.
Sebaliknya, model maupun sistem politik saat ini justru melahirkan politisi yang menomorsatukan kepentingan pribadi, sehingga menghambat munculnya politisi berintegritas moral dan kapabilitas intelektual.
Hal tersebut mengemuka dalam kegiatan Studi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Semarang, di SD Muhammadiyah 08 Semarang pada Jumat–Ahad, 4–5 Juli 2025.
Dengan mengambil tema “IMM sebagai Katalis Transformasi: Membangun Ekosistem Advokasi dan Kebijakan Publik untuk Mewujudkan Keadilan Sosial Berkelanjutan” acara ini diselenggarakan sebagai wadah pembekalan kader. Hal ini agar para kader IMM paham tentang pola dan strategi advokasi kebijakan publik dalam ranah politik.
Soal sistem politik Indonesia, mantan aktivis reformasi mahasiswa ’99, Hadi Santoso menilai prinsip visi dan kapasitas negara (state capacity) kerap diabaikan dalam proses rekrutmen. Ia menekankan peran IMM sebagai poros gerakan mahasiswa yang mewakili aspirasi politik generasi muda:
“Jika tidak ada putaran, maka akan diputar oleh orang lain. IMM harus bisa menjadi poros gerakan mahasiswa di Semarang,” ujar Hadi yang juga merupakan Ketua Majelis Informasi (MPI) PDM Kota Semarang dalam diskusi Studi Gerakan, Jumat (4/7/2025) malam.
Menurut mantan pimpinan DPRD Jateng tahun 2024 lalu ini, IMM tidak boleh hanya “diputar” oleh kekuatan politik luar. Dengan potensi besar dan jaringan kader yang luas, IMM memiliki modal kuat untuk menghidupkan gerakan politik mahasiswa di Semarang — menjadi gerakan yang kritis, solutif, dan siap menjawab tantangan zaman.
Selain Hadi Santoso, acara ini menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten. Diantaranya praktisi advokat dan konsultan hukum Syaiful Haq Miftahur Ridho, S.H, Ketua AJI Semarang Aris Mulyawan, Instruktur DPD IMM Jateng Fahrul Rozi, S.Pd.I, serta Manager PATTIROS Putri Milasari, S.Sos. Mereka membahas berbagai topik di bidang politik.
Kader IMM Menuju Poros Pergerakan di Semarang
Ketua Umum IMM Kota Semarang Jordi Inas Purnomo menyampaikan bahwa arah gerak jangka pendek akan difokuskan pada pembentukan kader yang siap berkiprah di dunia birokrasi dan politik, baik di Semarang maupun di kota asal m
“Ini adalah langkah awal untuk merealisasikan tujuan IMM ke depan. Dengan pelatihan ini, semoga muncul kader-kader yang siap menjadi poros pergerakan di Semarang,” ungkap mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unimus itu dalam sambutan acara.
Pernyataan tersebut menyoroti peran strategis IMM dalam mengisi ruang publik di kampus dan kota. Tanpa kader yang proaktif dan terorganisasi, kekosongan ruang tersebut justru akan diisi oleh kelompok yang belum tentu berpihak pada kepentingan rakyat.
Sebagai respons terhadap kondisi saat ini, lanjut Jordi, IMM dituntut tidak sekadar mengikuti arus politik kampus, tetapi juga menjadi aktor yang kritis dan konstruktif. IMM diharapkan mampu menyuarakan kebutuhan rakyat dan mahasiswa, tidak hanya terfokus pada elektoral kampus.
Dengan basis anggota yang besar dan tersebar di berbagai universitas di Semarang, IMM memiliki peluang strategis untuk menggerakkan isu sosial, lingkungan, dan pemerintahan. Keberadaannya sebagai wadah kaderisasi politik perlu terus diperkuat agar mampu mencetak tokoh-tokoh muda yang mengedepankan integritas dan visi perubahan, pungkas Jordi.