Jangan Khawatir! Kalender Hijriyah Global Tunggal Tidak Mengubah Waktu Ibadah Anda

Oleh:

Dr. Kasmui, M.Si.

Tim Pengembang Perangkat Lunak KHGT PP Muhammadiyah

Bayangkan skenario ini: malam pertama Ramadan tiba. Di rumah, Anda bersiap untuk melaksanakan salat Tarawih, sementara di televisi, berita mengumumkan bahwa penetapan awal puasa di negara lain berbeda.

Kebingungan kecil ini sering kali terjadi, dan di baliknya ada persoalan fundamental: kapan sebenarnya “hari baru” dalam Islam dimulai? Apakah saat Magrib, atau tengah malam?

Perdebatan ini semakin relevan dengan kehadiran Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), sebuah terobosan besar yang baru saja diluncurkan Muhammadiyah. Banyak yang bertanya-tanya, apakah KHGT akan mengubah cara kita beribadah sehari-hari? Jawabannya tegas: tidak sama sekali.

KHGT bukanlah revolusi dalam waktu ibadah, melainkan sebuah solusi cerdas untuk menyatukan penanggalan yang selama ini terpecah belah, tanpa menyentuh esensi ibadah syar’i. Ini adalah solusi administratif untuk kebutuhan umat di era global.

Memahami “Awal Hari” yang Berbeda: Syar’i vs. Kalender

Secara tradisional, dalam fikih Islam, awal hari (dan awal bulan Hijriyah) dimulai saat matahari terbenam (waktu Magrib). Ini adalah penanda waktu yang bersifat fenomenologis—berdasarkan peristiwa alam yang bisa kita lihat.

Praktik ini sudah mendarah daging dalam keseharian kita. Ketika Magrib tiba, kita langsung merasakan hari baru telah dimulai, dan aktivitas ibadah seperti salat Isya, Tarawih, atau memulai puasa di malam hari dilakukan.

Namun, di sisi lain, kita hidup dalam sistem kalender global yang mengatur awal hari pada pukul 00:00. Inilah yang menjadi dilema. KHGT hadir untuk menjembatani dua konsep waktu yang berbeda ini.

KHGT menggunakan kriteria hisab (perhitungan astronomis) dengan standar global (ketinggian hilal minimal 5 dan elongasi 8) yang dipatok pada waktu sipil (00:00 UTC atau Waktu Universal Terkoordinasi). Kriteria ini memastikan kepastian dan prediktabilitas, menghilangkan ketergantungan pada pengamatan hilal yang bisa terhalang mendung atau polusi.

Lalu, apakah waktu ibadah berubah? Tentu tidak.

Mari kita ambil contoh praktis. Sesuai data astronomis KHGT, awal Ramadan 1446 H ditetapkan pada tanggal 1 Maret 2025. Menurut kalender ini, tanggal 1 Ramadan dimulai pada 2025-02-28 14:49 UTC atau 2025-02-28 21:49 WIB. Namun, apakah itu berarti salat Tarawih harus dilakukan setelah pukul 21:49 WIB? Tentu tidak.

Waktu ibadah syar’i tetap mengacu pada tanda-tanda alam yang sudah ditetapkan dalam dalil-dalil agama. Waktu salat tetap sama, waktu puasa tetap sama, dan waktu memulai Tarawih tetap setelah salat Isya.

Begini cara kerjanya. Untuk kebutuhan kalender global, penetapan tanggal baru (misalnya, 1 Ramadan) diumumkan secara seragam di seluruh dunia berdasarkan data astronomis global yang dipatok pada waktu universal. Sementarta untuk kebutuhan ibadah lokal, waktu salat, puasa, dan ibadah lainnya tetap mengikuti waktu setempat di daerah masing-masing.

Jadi, ketika kalender global menetapkan 1 Ramadan jatuh pada tanggal 1 Maret, kita di Indonesia tetap memulai puasa pada tanggal tersebut dengan sahur dan berbuka sesuai jadwal Magrib setempat. Salat Tarawih di malam harinya tetap dilaksanakan setelah salat Isya, seperti biasa.

KHGT: Solusi Administratif, Bukan Perubahan Syar’i

KHGT bukan untuk mengubah waktu salat atau ibadah harian Anda. Tugasnya adalah menyediakan penanggalan yang seragam dan pasti di seluruh dunia.

Ini mirip dengan penggunaan zona waktu. Kita tahu bahwa ada perbedaan waktu antara Jakarta dan London, tetapi kita tidak akan mengubah waktu salat Magrib di Jakarta hanya karena di London masih siang.

Begitu pula dengan KHGT. Kalender ini memberikan kepastian untuk perencanaan kegiatan global, seperti penentuan hari raya, jadwal haji, dan acara-acara internasional. Dengan satu kalender, tidak ada lagi kebingungan dalam menentukan tanggal cuti bersama di berbagai negara Muslim, tidak ada lagi perbedaan saat perayaan Idul Fitri.

Dalil-dalil syar’i, data astronomis, dan pandangan organisasi Islam yang mendasari KHGT menegaskan bahwa KHGT adalah solusi yang cerdas dan taat syariat. Kalender ini memastikan setiap amal ibadah tetap dijalankan sesuai waktu syar’i lokal, sementara kalender global memberikan kepastian dan prediktabilitas yang dibutuhkan di era modern.

Mengapa ini penting? Penerapan KHGT adalah wujud dari semangat tajdid (pembaharuan) yang menyatukan prinsip-prinsip Islam dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ini adalah langkah berani untuk mengakhiri perdebatan dan membangun jembatan persatuan umat melalui kepastian ilmiah. Dengan satu kalender, kita dapat bergerak bersama, melangkah maju sebagai satu umat yang solid dan berkemajuan.

Jadi, jangan khawatir. Ketika Anda melihat KHGT, bayangkanlah ini sebagai sebuah peta jalan yang menyatukan umat di seluruh dunia. Ibadah Anda tetap akan dijalankan dengan khusyuk, pada waktu yang tepat, di tempat Anda berada. KHGT hanyalah alat untuk memastikan jutaan saudara Muslim di belahan dunia lain merayakan hari yang sama, di waktu yang sama, dalam semangat persatuan.

Ini adalah momen untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kebersamaan umat Islam bisa terwujud melalui kesepakatan rasional dan ilmiah.

Editor:

Agung S. Bakti

Bagikan berita ini

Kabar Lainnya

Scroll to Top