NGALIYAN,muhammadiyahkotasemarang.org-Pernahkah kamu merasa Sang Pencipta terasa jauh saat doa tak kunjung terkabul? Seorang ulama mengingatkan bahwa kunci utama meraih ketenangan batin dan merasakan takdir terbaik justru terletak pada kualitas prasangka baik (Husnuzan). Ini adalah fondasi wajib yang menegaskan betapa Allah jauh lebih proaktif dalam mendekati hamba-Nya.
Pesan spiritual yang sangat kuat ini disampaikan oleh Prof. Ahwan Fanani, M.Ag., saat menyampaikan khutbah Jumat (03/10/25), di Masjid At-Taqwa Ngaliyan, Wates.
Prof. Ahwan menegaskan bahwa perasaan bahwa kedekatan ilahi hanya ilusi ketika menghadapi masalah, hanyalah gejolak emosi manusia biasa.
Faktanya, Prof. Ahwan mengingatkan, Allah tidak pernah sedikit pun meninggalkan hamba-Nya. Ia mengutip Hadis Qudsi yang populer: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku.”. Respons ilahi kepada kita, dengan kata lain, berbanding lurus dengan bagaimana kita memandang dan meyakini-Nya.
Respons Ilahi yang Proaktif: Sejengkal Dibalas Lari
Untuk menghilangkan keraguan, Ketua Takmir Masjid At Taqwa Ngaliyan itu memaparkan bagaimana Alah digambarkan sangat aktif dan antusias dalam merespons langkah hamba-Nya. Konsep kedekatan ilahi ini digambarkan secara naratif dan deskriptif: Ketika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Nya sejengkal, Allah akan membalas dengan mendekat sehasta. Jika hamba maju sehasta, Allah membalasnya dengan sedepa.
Bahkan, jika seorang hamba mendatangi-Nya dengan berjalan kaki, Allah akan mendatanginya dalam keadaan berlari.
Deskripsi yang luar biasa ini menunjukkan bahwa Allah mengambil inisiatif dan lebih proaktif. Kita hanya dituntut melakukan usaha kecil, dan balasannya adalah upaya yang jauh lebih besar dan cepat dari-Nya.
Inilah landasan mengapa menanamkan prasangka baik (Husnuzan), dan menjauhi suuzan (prasangka buruk), bukan sekadar anjuran, melainkan sebuah kewajiban. Jika kita su’uzzan meragukan janji Nya sama saja kita mendustakan diri sendiri dan membatasi kebaikan yang seharusnya datang.
Kunci Doa Mustajab: Waktu-Nya Bukan Waktu Kita
Prof. Ahwan memberikan “penawar hati” bagi mereka yang merasa hampir putus asa karena penantian yang berlarut. Ia mengutip ucapan ahli hikmah terkemuka, Ibn Atahillah al-Iskandari.
“Janganlah lamanya waktu pemberian dengan berulang-ulangnya permohonan membuatmu berputus asa.
Dia menjamin untuk memberi ijabah untukmu dengan apa yang Dia pilihkan untukmu, di waktu yang Dia inginkan, bukan di waktu yang engkau inginkan.”
Intinya, janji doa mustajab itu pasti, tetapi format pengabulannya apakah sesuai permintaan atau lebih baik serta waktunya, adalah hak prerogatif Allah. Tugas kita adalah terus memohon dengan keyakinan kuat, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan.”
Prasangka baik memiliki dampak signifikan pada batin kita, sebab ia memengaruhi realitas yang kita rasakan. Prof Ahwan menekankan bahwa husnuzan perlu dilatih dan dibiasakan, bukan sesuatu yang datang tiba-tiba. Jika kita tidak lagi mempercayai Zat Yang Maha Kuasa sebagai tempat berlindung.


