Sejatinya, apa arti hidup sukses yang sesungguhnya? Bagi kebanyakan orang, tolok ukur kesuksesan sering kali disandarkan pada pencapaian materi: terpenuhinya kebutuhan primer hingga tersier (sandang, pangan, papan), kemewahan, karier mentereng, hingga lulusan pendidikan tinggi. Kita sering melihatnya sebagai garis finish perlombaan dunia.
Namun, benarkah ukuran sukses yang fana ini adalah tujuan akhir hidup? Mari kita renungkan kembali pandangan ini, sebab Al-Qur’an dan Hadis menawarkan perspektif kesuksesan yang jauh lebih mendalam, abadi, dan terangkum dalam satu frasa kunci: Amal Saleh.
Sukses Dunia Vs. Sukses Sejati
Hidup sukses adalah hidup yang beruntung, yang berhasil mencapai cita-cita, yang menang, dan yang diidamkan oleh setiap orang. Banyak orang menganggap bahwa hidup sukses dapat tercapai jika sudah mampu mencukupi kebutuhan hidup primer, sekunder, maupun tersier, seperti sandang, pangan, papan, kendaraan, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan sebagainya. Ukuran sukses tersebut adalah ukuran keduniaan.
Ingatlah perumpamaan kehidupan dunia yang digambarkan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an:
Perumpamaan Kehidupan Dunia
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS Yunus 10:24).
Al-Qur’an memberi petunjuk kepada manusia tentang hidup sukses yang sesungguhnya, hidup yang beruntung dan menang. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa (waktu asar), sesungguhnya manusia sungguh dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan beramal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Asr 103:1-3).
Ayat-ayat dalam surat al-Asr tersebut ditegaskan dengan sumpah Allah terhadap waktu (wal-ashr) dan diperkuat dengan kata inna (sesungguhnya) dan lam taukid (yang bermakna menekankan). Dengan kata lain, ada empat kriteria hidup sukses (beruntung, menang), yaitu iman, amal saleh, benar, dan sabar.
Esensi Amal Saleh
Kata saleh berarti utuh (tidak terpecah-pecah) atau lengkap, yang diartikan juga baik, yaitu kebaikan karena keutuhan dan kelengkapan. Amal saleh adalah amal yang utuh, tidak terpecah-pecah , yang meliputi enam dimensi amal: Amal Imaniah, Amal Ilmiah, Amal Karimah, Amal Rahmah, Amal Barakah, dan Amal Salamah.
1. Amal Imaniah
Amal imaniah adalah amal yang harus berlandaskan enam rukun iman.
- Amal Imaniah kepada Allah adalah bahwa semua amal manusia seharusnya diniatkan karena Allah Taala semata, dan tujuan amal adalah rida Allah (mardhatillah).
- Amal Imaniah kepada Malaikat ialah bahwa semua amal manusia dicatat oleh Malaikat Raqib (Pencatat amal baik) dan Atid (Pencatat amal buruk).
- Amal Imaniah kepada Kitab yaitu amal manusia seharusnya mengikuti petunjuk Al-Kitab, yaitu Al-Qur’anul-Karim.
- Amal Imaniah kepada Nabi/Rasul adalah amal manusia seharusnya mengikut contoh teladan para nabi/rasul, khususnya Rasulullah Muhammad Saw..
- Amal Imaniah kepada Hari Kiamat ialah semua amal manusia kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Dalil Amal Imaniah:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS al-Baqarah 2:285).
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah 2:25).
2. Amal Ilmiah
Amal ilmiah yaitu amal yang mengandung ilmu. Seseorang harus memahami apa yang dia lakukan, juga terampil melakukannya. Amal harus mengandung ilmu, yaitu profesional, jangan beramal tanpa ilmu, karena Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban.” (QS al-Isra’ 17:36).
Dalam satu hadis disebutkan bahwa orang yang berkhianat (menyia-nyiakan amanah) adalah orang yang menyerahkan suatu urusan (pekerjaan) kepada orang yang bukan ahlinya. Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya (kiamat).
3. Amal Karimah
Amal karimah adalah amal perbuatan manusia yang menunjukkan amal yang baik/mulia. Contohnya seperti kaki berjalan menuju tempat yang baik, tangan membantu orang lain, mulut berbicara yang baik dan sopan, serta otak berpikir positif (positive thinking).
Dalil Akhlak Mulia:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS al-Isra’ 17:23).
إِنَّ اللهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلاَقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ وَإِنَّ اللهَ لَيُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ أَحَبَّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا مَنْ أَحَبَّ، فَمَنْ أَعْطَاهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ) رواه الحاكم وغيره وصححه الألباني
“Sesungguhnya Allah telah membagi-bagi akhlaq/perangai kalian, sebagaimana Allah telah membagi-bagi rezeki kalian. Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan kekayaan dunia kepada orang yang Ia cintai dan juga kepada orang yang tidak Ia cintai. Sedangkan Ia tidak pernah memberi kedudukan dalam agama (akhlak mulia) kecuali kepada orang yang Ia cintai. Dengan demikian, orang yang telah dikaruniai kedudukan dalam agama (akhlak mulia) berarti Allah telah mencintainya.” (Riwayat al-Hakim dan dinyatakan sebagai hadis sahih oleh al-Albani).
Bersambung.
Baca lanjutannya: