Kematian, Pintu Gerbang Menuju Kehidupan Abadi

Oleh:

Dr. Jumai

Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang

SEMARANG – Dalam setiap hela napas dan langkah kehidupan, tersimpan satu kepastian yang tak terbantahkan: kematian. Bukan sebagai akhir, melainkan sebuah pintu gerbang menuju perjalanan abadi.

Inilah esensi mendalam yang diungkapkan Dr. AM Jumai, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang, dalam pengajian takziah di rumah duka almarhum H. Djufri Zaman Nur, senior Muhammadiyah, Senin (30/6/2025). Sebuah seruan untuk memandang kematian bukan dengan ketakutan, melainkan sebagai cermin untuk merefleksikan kembali makna sejati keberadaan kita di dunia fana ini.

Membuka tirai pemahaman, Dr. Jumai mengutip pandangan Dr. Musa bin Fathullah Harun yang menjelaskan kematian sebagai “pindahnya roh dari jasad, bukan berakhirnya kehidupan.” Lebih lanjut, kematian adalah “perpindahan dari alam dunia yang fana ke alam barzakh, yaitu alam pemisah antara dunia dengan akhirat. Maut menjadi pintu gerbang untuk melalui akhirat.”

Konsep ini diperkuat oleh Ibnu Hajar Al Haitami, yang menurut Kiai Masyhuril, menyebut kematian bagi orang beriman adalah “pintu untuk bertemu dengan Allah SWT.” Pesan ini selaras dengan firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat 34, yang menegaskan bahwa setiap umat memiliki ajal, dan ketika saatnya tiba, tidak ada penundaan atau percepatan sesaat pun.

Kematian, sesungguhnya adalah takdir universal yang tak dapat dielakkan. “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh,” demikian bunyi QS. An-Nisa ayat 78. Hal ini juga diperkuat oleh QS. Al-Anbiya: 35: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”

Ayat-ayat ini menjadi pengingat bahwa hidup adalah medan ujian, dan kematian adalah penentu dari segala amal perbuatan. Allah SWT sendiri menyatakan tujuan penciptaan hidup dan mati: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)

Faedah Merenungkan Kematian

Alih-alih menjadi sumber ketakutan, Dr. Jumai mengajak untuk menjadikan mengingat kematian sebagai sebuah ibadah yang membawa ganjaran. Ada beberapa faedah yang bisa dipetik dari merenungkan kematian:

Pertama, meningkatkan kekhusyuan dalam shalat. Mengingat kematian saat shalat akan mendorong seseorang untuk menyempurnakan ibadahnya, seolah-olah itu adalah shalat terakhirnya.

Kedua, mempersiapkan diri berjumpa dengan Allah. Kesadaran bahwa setiap jiwa akan kembali kepada Sang Pencipta akan memacu individu untuk mengumpulkan bekal terbaik berupa amal saleh.

Ketiga, memperbaiki kualitas hidup. Mengingat kematian adalah “pemutus kelezatan duniawi,” yang dapat melapangkan hati saat sempit dan mencegah dari godaan dunia saat lapang.

Dan teralhir, mencegah perbuatan zalim. Kesadaran akan hari kebangkitan dan pertanggungjawaban di hadapan Allah akan menghindarkan seseorang dari berlaku curang atau zalim.

Perjalanan setelah kematian pun dijelaskan dengan gamblang: dari alam kubur atau alam barzakh hingga tiupan sangkakala, kemudian Hari Kebangkitan, Padang Mahsyar, Yaumul Mizan (Hari Penimbangan), Yaumul Hisab (Hari Perhitungan), Jembatan Shirathol Mustaqim, dan puncaknya Surga atau Neraka. Dalam pandangan Islam, kematian mendadak adalah “istirahat bagi mukmin dan penyesalan bagi orang kafir.”

Lebih dari itu, Dr. Jumai juga menyoroti amal yang tidak terputus meski raga telah tiada. Mengutip hadis dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakannya.”

Ini menjadi pengingat bagi setiap individu untuk senantiasa berinvestasi dalam kebaikan yang akan terus mengalir pahalanya.

Maka, biarlah setiap detik yang berlalu menjadi kesempatan emas untuk bermuhasabah, merenungi hakikat keberadaan, dan mengisi lembaran hidup dengan amal-amal terbaik. Kematian bukanlah sebuah akhir yang menakutkan, melainkan sebuah undangan untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.

Semoga kita semua, dengan kesadaran akan fana-nya dunia dan kekalnya akhirat, dapat menata hati dan langkah, meraih rida Ilahi, dan menemukan kebahagiaan abadi di sisi-Nya.

Editor:

Agung S. Bakti

Bagikan berita ini

Kabar Lainnya

Scroll to Top