Bencana Bagi Orang Berakal Adalah Hawa Nafsu

MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, SEMARANG – Nafsu pada dasarnya merupakan salah satu fitrah yang diciptakan Allah dalam diri manusia yang bersifat halus, yang […]


MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, SEMARANG – Nafsu pada dasarnya merupakan salah satu fitrah yang diciptakan Allah dalam diri manusia yang bersifat halus, yang dapat dijadikan sumber dorongan dalam kelangsungan hidup manusia. Namun, sewaktu-waktu nafsu juga dapat berubah dari dorongan yang baik yang bersifat positif menjadi dorongan yang mengarah pada sifat-sifat tercela (negatif).

Ustadz Prof. Dr. H. Suparman Syukur M.Ag. ketika menjadi narasumber kajian ahad pagi majelis tabligh PDM kota Semarang menjelaskan bahwa hawa nafsu mampu membentuk prilaku manusia. Oleh sebab itu, Allah SWT mengkaitkan banyak masalah penting kehidupan dengan hawa nafsu karena hawa nafsu ialah potensi yang disimpan Allah pada diri setiap manusia. Manusia akan mengeluarkannya bila dibutuhkan. Seperti juga Allah telah meletakkan berbagai energi dalam perut bumi untuk bahan makanan, pakaian dan beragam prasarana kehidupan lainnya. Begitu pula dengan air dan oksigen yang sangat dibutuhkan manusia. Namun hawa nafsu sebagai daya yang mutlak dengan tuntutan yang mutlak juga memiliki kemampuan luar biasa untuk merusak jiwa manusia.


Sebagaimana firman Allah SWT didalam surat Al-Jasiyah ayat 23 berikut :

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?


Makna dari surat tersebut menjelaskan tentang hawa nafsu yang senantiasa mengajak diri manusia kepada berbuat jahat. Maka jika mampu mengatasi ajakkan tersebut, selamatlah dari tipu muslihatnya. Dan jika tak kuasa menolak ajakkan nafsu, celakalah karena Allah SWT mengancam tidak akan memberi pertunjuk bagi orang-orang yang mengikuti kehendak hawa nafsunya.


Sebagaimana firman Allah SWT didalam surat Al-Qasas ayat 50 berikut :

فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya : Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.


Ayat tersebut menjelaskan tentang mengikuti hawa nafsu akan menyebabkan tertutupnya jendela-jendela hati untuk menerima (kehadiran) Allah. Dan hilanglah sudah arah hidupnya karena mengikuti hawa nafsunya dan tersesat.


Sebagaimana firman Allah SWT didalam surat Shad ayat 26 berikut :

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ

Artinya : (Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”


Ayat diatas menjadi dalil tentang keburukan nafsu dan larangan mengikuti hawa nafsu. karena nafsu senantiasa membawa manusia kejalan kegelapan dan pernuh tipu daya sehingga manusia tersesat. Maka manusia senantiasa dituntut untuk dapat mengendalikan nafsunya, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.




Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara

Scroll to Top