SEMARANG, muhammadiyahsemarangkota.org – Setiap manusia membawa potensi besar dalam dirinya. Potensi itu bisa menjadi jalan menuju kemuliaan, atau sebaliknya, menjerumuskan ke jurang keburukan. Pesan reflektif inilah yang menjadi pokok bahasan dalam Kajian Ahad Pagi Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Bringin, Ngaliyan, yang digelar pada Ahad (12/10/2025) di Joglo Sasana Manunggal Rasa, Bukit Permata Puri, Ngaliyan, Semarang.
Kajian bertema “Potensi Manusia dalam Menjalani Kehidupan, Bisa Baik dan Mulia atau Sebaliknya” ini menghadirkan Ustadz Amiril Edi Pranomo, S.HI., M.H., dari Pembina Rohani RS Roemani. Dengan tutur lembutnya, Ustadz Amiril mengajak jamaah memahami makna penciptaan manusia yang dikaruniai akal, hati, dan nafsu tiga potensi besar yang menentukan arah kehidupan.
Akal, Hati, dan Nafsu: Tiga Kekuatan Penentu
Dalam materinya, Ustadz Amiril menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna, sebagaimana ditegaskan dalam Surah At-Tin ayat 4 dan Ali Imran ayat 110. Kesempurnaan itu bukan karena fisik semata, melainkan karena Allah telah membekali manusia dengan akal untuk berpikir, hati untuk merasa, dan nafsu untuk menguji.
“Kalau manusia hanya mengandalkan akalnya, maka ia bisa terjerumus dalam kesombongan. Tapi kalau ia menyeimbangkannya dengan hati, maka lahirlah kebijaksanaan,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa manusia diberi kebebasan memilih jalan hidupnya. Akal dan hati bisa menuntun kepada kebaikan, sementara nafsu dapat menjerumuskan dalam kemaksiatan bila tak dikendalikan. Dari sinilah, manusia membentuk sejarah dan peradaban apakah menuju keberkahan atau justru kerusakan di muka bumi.
Dalam penjelasannya, sang penceramah juga mengingatkan jamaah tentang ayat Asy-Syam 8–10, bahwa Allah menunjukkan kepada manusia dua jalan: kebaikan dan keburukan. Pilihan ada di tangan manusia, dan setiap amal akan dipertanggungjawabkan.
Ia mengutip sabda Rasulullah SAW tentang kehormatan seorang mukmin yang terletak pada kemandiriannya dan kemuliaannya pada shalat malam. “Setiap orang bebas memilih jalannya di dunia, tapi ingat, semuanya akan berujung pada perhitungan di akhirat,” ungkapnya.
Ustadz Amiril menegaskan, potensi yang Allah anugerahkan bukan sekadar kemampuan berpikir atau bekerja, tapi juga tanggung jawab moral untuk menjadikan hidup ini bermakna. “Kita bisa menciptakan peradaban yang baik jika menggunakan akal dan hati, tapi sebaliknya, kerusakan muncul jika manusia dikuasai nafsu,” tambahnya.
Suasana pengajian berlangsung hangat dan khidmat. Jamaah tampak antusias mengikuti pemaparan yang diselingi ayat-ayat Al-Qur’an serta kisah penuh hikmah. Menjelang akhir sesi, Ustadz Amiril mengajak hadirin untuk merenungi hakikat kehidupan yang sementara bahwa setiap manusia akan berhadapan dengan perpisahan, pertanggungjawaban, dan balasan atas setiap amal yang dilakukan di dunia.
Pesan ini menjadi pengingat agar setiap orang menjalani hidup dengan kesadaran, cinta, dan niat baik, karena semua yang dilakukan akan kembali pada dirinya sendiri
Menjadi Manusia Seutuhnya
Pengajian Ahad pagi ini menjadi ruang perenungan bahwa manusia diciptakan bukan sekadar untuk hidup, tetapi untuk menjalankan peran sebagai khalifah di bumi. Potensi yang dimiliki setiap individu adalah karunia sekaligus ujian apakah akan digunakan untuk menebar kebaikan dan kemuliaan, atau justru sebaliknya.
Melalui pemahaman yang disampaikan, jamaah diajak untuk terus menggali potensi diri, mengendalikan hawa nafsu, serta menyeimbangkan antara akal dan hati dalam menjalani kehidupan. Pesan yang tersirat dari kajian ini menegaskan bahwa kehidupan adalah amanah yang harus dijalani dengan kesadaran dan tanggung jawab, sehingga manusia dapat memberi manfaat bagi sesama dan lingkungan sekitarnya.
Kajian Ahad Pagi PRM Bringin menjadi pengingat bahwa potensi diri bukan hanya kelebihan yang patut disyukuri, tetapi juga ujian yang menuntut kebijaksanaan dalam menyeimbangkan akal, hati, dan nafsu. Dari sinilah manusia belajar bahwa kemuliaan hidup sejati lahir dari kemampuan mengelola potensi diri untuk memberi manfaat bagi sesama dan menebar kebaikan di muka bumi.