Semarang, muhammadiyahsemarangkota.org – Langit cerah menaungi Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Jawa Tengah, yang berada di Kompleks Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Jumat (10/10/2025). Suasana khusyuk menyelimuti ruang utama masjid ketika Drs. H. Abdullah Muhajir, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang, naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah bertajuk “Memilih yang Tepat dan Benar Saat Kembali kepada Allah SWT.”
Dalam khutbahnya, beliau mengajak jamaah untuk merenungi satu hal mendasar: bahwa hidup di dunia hanyalah perjalanan singkat menuju pertemuan abadi dengan Sang Pencipta. Setiap langkah, kata beliau, sejatinya adalah bagian dari persiapan menuju akhir yang pasti.
Menyadari Hidup Bukan Sekadar Berjalan, Tapi Memilih Arah yang Benar
Khatib mengutip nasihat Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW yang sarat makna:
“Hiduplah sesukamu, karena kamu akan mati. Cintailah siapa yang kamu suka, karena kamu akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah sesukamu, karena kamu akan dibalas karenanya.” (HR. ath-Thabarani)
Pesan ini menegaskan bahwa kebebasan hidup bukan tanpa batas setiap pilihan membawa konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. “Ketaatan kita kepada Allah mungkin baru setetes embun pagi. Mana mungkin setetes embun mampu memadamkan api neraka yang membara,” ujarnya mengingatkan. Kalimat itu menggambarkan betapa sedikitnya amal yang kita kumpulkan dibanding besarnya rahmat Allah yang kita harapkan.
Menurutnya, banyak manusia yang terbuai pada gemerlap dunia, tetapi lupa pada kehidupan setelahnya. Di sinilah pentingnya memilih arah hidup dengan benar jalan yang mendekatkan diri pada Allah SWT, bukan menjerumuskan dalam kelalaian.
Lebih jauh, khutbah ini juga menyinggung hakikat kecerdasan sejati. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang cerdas adalah yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk alam berikutnya.” (HR. Ibnu Majah).
Artinya, ukuran kecerdasan bukan hanya gelar, jabatan, atau harta, tetapi kemampuan seseorang membaca arah hidupnya apakah ia sedang mendekat kepada Allah atau justru menjauh dari-Nya. Mengingat kematian bukan berarti takut, melainkan sadar bahwa waktu adalah anugerah yang tidak boleh disia-siakan.
Khatib pun mengajak seluruh jamaah untuk memperbanyak amal saleh dan memperkuat ketakwaan. “Gunakan waktu untuk beribadah, berdzikir, dan menebar kebaikan. Karena dunia hanya sementara, sedangkan akhirat adalah kepastian,” tuturnya.
Bekal Takwa untuk Akhir yang Indah
Di penghujung khutbah, beliau menutup dengan doa agar umat Islam selalu diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum ajal menjemput. “Semoga ketika waktu itu tiba, lisan kita sedang berdzikir, hati kita tenang, dan malaikat menyambut dengan lembut:
‘Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.’” (QS. Yasin: 58).
Khatib mengingatkan, Jumat bukan sekadar rutinitas ibadah mingguan, tetapi waktu terbaik untuk menyegarkan iman dan menata hati. Karena hanya dengan bekal takwa, manusia akan pulang dengan senyum dan ketenangan sejati.


