SEMARANG-Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi umat Muslim untuk kembali memperkuat fondasi keimanan dan mengembalikan kemuliaan identitas seorang Muslim di tengah berbagai tantangan zaman modern.
Hal ini menjadi inti bahasan dalam pengajian Ahad pagi yang diselenggarakan di Masjid Al Fiqh Mujahidin, Semarang, pada Ahad, (06/07/25). Pengajian tersebut menghadirkan Wakil Wakil Ketua Pimpinan Daerah Uhammdiyah (PDM) Kota Semarang Ustadz Dr. AM Jumai sebagai penceramah dengan tema “Belajar Istiqamah dalam Berbuat Baik untuk Penguatan Akidah, Ilmu, dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar.”
“Istiqomah adalah keteguhan hati untuk terus berada di jalan yang diridai Allah SWT, bahkan saat menghadapi godaan dan berbagai ujian hidup.” ujar Dr. AM Jumai
Dalam paparannya, ia menyoroti mengapa istiqomah perlu diteguhkan kembali di era kontemporer ini. Dia mengidentifikasi beberapa faktor utama, termasuk tekanan globalisasi yang membawa pengaruh sekularisme, materialisme, dan hedonisme yang dapat melemahkan nilai-nilai Islam.
Selain itu, krisis identitas yang dialami generasi muda, disrupsi digital dengan informasi bias dan menyesatkan, serta ancaman agama seperti pluralisme ekstrem dan sinkretisme, turut mengaburkan jati diri Islam sejati.
Mengambil Hikmah dari Kisah Para Nabi: Motivasi Hidup Sehari-hari
Dalam lanjutan ceramahnya, Dr. AM Jumai membahas kisah para nabi sebagai contoh konkret komitmen terhadap istiqomah. Dia mengajak jemaah merenungi bagaimana Nabi Nuh AS tak pernah berhenti berdakwah selama lebih dari 900 tahun meskipun hanya sedikit pengikutnya.
“Lihatlah Nabi Nuh AS yang tak pernah berhenti berdakwah selama lebih dari 900 tahun meskipun hanya sedikit pengikutnya.” tuturnya, menekankan aspek transformasi spiritual sebagai fondasi perubahan.
Penceramah juga menguraikan bagaimana Nabi Ibrahim AS tetap teguh pada tauhidnya di hadapan penguasa zalim, serta Nabi Muhammad SAW yang terus berjuang menyebarkan dakwah meski difitnah, disakiti, dan dikucilkan oleh kaumnya. Kisah-kisah ini, lanjutnya, menjadi bukti nyata betapa pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam berbuat baik.
Lebih lanjut, Ustadz AM Jumai menjelaskan bahwa istiqomah bukan sekadar konsep, melainkan panduan hidup lengkap yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup akhlak mulia seperti ketabahan Nabi Ayyub AS saat diuji dengan penyakit parah dan kehilangan, kesabaran Nabi Yusuf AS dalam menghadapi fitnah dan pengkhianatan, kelembutan Nabi Isa AS dalam berdakwah kepada umatnya yang keras kepala, dan ketegasan Nabi Musa AS dalam menghadapi kezaliman Fir’aun.
Memperkuat Akidah di Tengah Badai Global
Dr. Jumai uga menyoroti bagaimana akidah yang kuat adalah tiang utama dalam membentuk karakter seorang Muslim. Dengan fondasi akidah yang kokoh, seseorang akan lebih mudah dalam mencari ilmu yang benar dan menyebarkannya melalui dakwah kepada masyarakat.
Oleh karena itu, para jemaah diajak untuk menjadikan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga pusat pembelajaran dan perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Kajian ini memberikan panduan praktis tentang bagaimana memperkuat akidah, yang merupakan pondasi esensial bagi setiap Muslim untuk meraih keberkahan hidup.
Ustadz Jumai memberikan pesan penutup yang mendalam:
“Apabila kita ingin meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, jangan pernah lelah untuk berbuat baik. Meski kebaikan kita kadang tidak langsung dibalas oleh sesama manusia, yakinlah bahwa Allah SWT pasti mencatat setiap perbuatan baik dan akan membalasnya dengan yang jauh lebih baik.” Tegasnya
Ia berharap, semoga Allah menguatkan hati setiap Muslim dalam menegakkan keesaan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajian pagi itu ditutup dengan doa bersama dan seruan untuk terus menjaga keberlangsungan masjid sebagai pusat pembinaan umat, mempererat tali silaturahmi antar-Muslim, serta menjadi garda terdepan dalam membangun peradaban yang berlandaskan ajaran Islam.


