SEMARANG- Ahad (6/7/2025) pagi di halaman aula lantai 1 Masjid At Taqwa Pedurungan yang juga kantor PRM Pedurungan Lor telah berubah menjadi pusat aktivitas sosial. Sejak pukul 6:30 jamaah telah antri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Disana terdapat pelayanan pemeriksaan gula darah, tensi, kolesterol dan asam urat.
Jamaah merasa senang atas pelayanan masjid yang bukan melulu memperhatikan soal kesehatan rohani namun juga melayani kesehatan fisik jamaah. Inilah wujud nyata transformasi masjid, bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat pelayanan masyarakat.
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang, H. Suparno, S.Ag., M.Ag., dalam sambutannya merasa gembira dengan layanan plus masjid yang dikelola Muhammadiyah ini. Ia menekankan pentingnya menjadikan masjid sebagai episentrum kegiatan sosial umat.
“Kehadiran masjid harus bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Bukan hanya jamaah masjid, apalagi hanya warga Muhammadiyah, tetapi juga masyarakat umum, bahkan teman-teman dari agama lain,” jelas Suparno.

Lebih lanjut, ia mengusulkan agar Pengajian Ahad Pagi tidak hanya menjadi ruang tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu), tetapi juga sebagai tempat pelayanan masyarakat seperti kesehatan, konsultasi keluarga, pemberdayaan ekonomi, hingga pendidikan.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi semua unsur organisasi otonom Muhammadiyah (Ortom), Majelis, dan lembaga seperti LAZISMU dalam menyukseskan program ini.
Senada dengan itu, Ketua Takmir Masjid At-Taqwa PRM Pedurungan Lor, Prof. Dr. Umar Ma’ruf, SH, MH., menegaskan bahwa konsep pengajian ini memang diarahkan untuk memakmurkan masjid dalam arti luas.
“Alhamdulillah, kegiatan ini sudah berlangsung lama dengan konsep sinergis antara PCM dan PRM Pedurungan Lor. Selain kajian, kami juga menyelenggarakan layanan kesehatan dan program tahsin Al-Qur’an,” jelasnya.
Bahkan, dalam waktu dekat, Masjid At-Taqwa Pedurungan berencana membuka program pasar sayur murah dan gratis yang bekerja sama dengan pedagang lokal dan petani sekitar. Hal ini diharapkan dapat menjadi solusi ekonomi sekaligus mempererat hubungan sosial masyarakat di lingkungan masjid.
Dimensi Spiritual: Memahami Ruh Manusia
Sementara itu, dalam kajian Ahad Pagi kali ini, penceramah Prof. Dr. Suparman Syukur, M.Ag membahas tentang “Ruh Manusia” dengan mengutip pandangan Imam Al-Ghazali.

Guru besar pemikiran Islam UIN Walisongo itu membagi manusia ke dalam empat kategori:
Pertama, rojulun yadri wa yadri annahu yadri. Yakni orang yang tahu dan sadar bahwa dirinya tahu. Ini adalah tipe manusia paling unggul karena ilmunya bermanfaat bagi diri dan masyarakat.
Kedua, rojulun yadri wa laa yadri annahu yadri . Yakni orang yang tahu tapi tidak sadar dirinya tahu. Ibarat orang yang tertidur dan belum menyadari potensinya.
Ketiga, rojulun laa yadri wa yadri annahu laa yadri . Yakni orang yang tidak tahu tapi sadar bahwa dirinya belum tahu. Ini masih tergolong baik karena ada kesadaran untuk belajar.
Keempat, rojulun laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri . Yakni orang yang tidak tahu dan tidak sadar kalau dirinya tidak tahu. Ini adalah tipe manusia terburuk menurut Al-Ghazali, karena tidak menggunakan potensi akal dan hati secara bijak.
“Manusia jenis keempat ini lebih buruk dari binatang karena tidak menyadari bahwa dirinya dalam kesesatan,” terang Prof. Suparman.
Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan. Kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, kata dia, paling susah dicari kebaikannya.
Kajian Ahad Pagi menurut Prof. Suparman sangat diperlukan untuk menyadarkan kader Muhammadiyah agar tahu posisinya bahwa ilmu sangat diperlukan. Agar nanti kita bisa berombongan masuk suurga bersama-sama.
“Sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 7: ‘Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga secara berombongan, sehingga apabila mereka sampai di sana, pintu-pintunya telah dibukakan dan penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya’, pungkas Prof. Suparman.