Sebuah Malam Tanpa Bantal untuk Dakwah yang Tak Pernah Tidur

SEMARANG, muhammadiyahsemarangkota.org- Kursi nomor 10A di gerbong ekonomi malam itu terasa jauh dari sebutan nyaman. Ia adalah perpaduan bantalan keras, goyangan rel yang konstan, dan bisikan AC yang dingin menusuk. Jauh berbeda dari ranjang empuk di rumah, tempat istri tercinta sedang terlelap damai.

Namun, bagi Dr. H. AM. Jumai, SE., MM., Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah—seorang akademisi yang menjabat sebagai Wakil Dekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unimus dan tokoh pemersatu lebih dari 400 ormas dalam Forum Komunikasi Semarang Bersatu (FKSB)—malam itu, gerbong kereta adalah ruang tunggu menuju medan jihad yang lain. Ini adalah perjalanan 7 jam menuju ibu kota, demi merumuskan “pedoman” bagi mereka yang sering terlupakan: komunitas marginal.

Rombongan kecil LDK PWM Jawa Tengah memulai perjalanan dari Stasiun Poncol Semarang pukul 23.00 WIB. Obrolan ringan dan tawa sesekali memecah keheningan malam, menjadi penawar rasa lelah.

Di sela-sela obrolan, Mbah Fera, seorang pramugari kereta dengan senyum tulus yang hangat, menyajikan kopi dan cemilan. Interaksi sederhana, sapaan tulus dan kehangatan di tengah malam itu, seolah menjadi metafora kecil dari misi yang mereka bawa: dakwah komunitas. Sebuah pendekatan yang menuntut sapaan langsung, bukan hanya pidato dari mimbar tinggi.

Antara Lorong Masjid dan Amanah Ratusan Ormas

Perjalanan panjang menuju ibu kota berakhir tepat pukul 05.50 WIB di Stasiun Pasar Senen. Tanpa buang waktu, rombongan langsung menuju Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Jalan Menteng Raya. Bukannya bergegas menuju kamar hotel, mereka justru disambut keheningan pagi dan kehangatan sederhana di jantung gerakan Islam modern itu.

Tak ada kamar transit mewah yang tersedia. Lantai dua Gedung Dakwah, lorong-lorong sunyi, dan sudut-sudut Masjid At-Tanwir seketika bertranformasi menjadi area istirahat darurat. Di atas karpet masjid yang dingin, merebahkan diri sejenak menjadi kemewahan yang mahal bagi para delegasi dari berbagai daerah.

Dr. Jumai, yang sehari-hari memimpin rapat akademik di kampus dan menyelaraskan visi ratusan organisasi dalam FKSB, kini memilih tidur seadanya. Momen ini menjadi potret nyata pengorbanan di balik layar.

Para tokoh yang memegang amanah besar organisasi, namun memilih tidur beralaskan lorong, mengesampingkan kenyamanan pribadi demi tanggung jawab keummatan. Keikhlasan ini, katanya, adalah energi tak terbatas yang menggerakkan roda dakwah, yang harus berpijak pada kerendahan hati.

Strategi Lintas Batas di Lantai 7: Melampaui Mimbar Konvensional

Tepat pukul 08.30 WIB, kesederhanaan pagi berganti dengan keseriusan agenda strategis. Lantai 7 Gedung PP Muhammadiyah penuh sesak oleh delegasi LDK dari Sabang hingga Merauke. Lokakarya Nasional resmi dimulai. Aroma kertas, kopi, teh, dan aura keseriusan meruap di udara.

Muhammad Arifin, Ketua LDK PP Muhammadiyah, menegaskan inti acara: menyusun pedoman dakwah berbasis pendekatan sosial dan keummatan. Forum ini membahas strategi “dakwah di dunia gelap” dan “dunia gemerlap”—menjangkau pecandu narkoba, komunitas digital, hingga isu lingkungan hidup, segmentasi yang jauh melampaui mimbar-mimbar konvensional. Mereka berdiskusi bagaimana Islam rahmatan lil ‘alamin bisa diartikulasikan secara kontekstual, komunikatif, dan penuh empati.

Kontras yang menarik muncul saat sesi istirahat; di tengah diskusi strategi dakwah yang futuristik, perut diisi dengan hidangan yang membumi: ayam geprek.

Ketika Akademisi dan Da’i Bersuara: Menuntut Ketegasan Hukum

Puncak keprihatinan hadir saat Irjen Zaenal Mutakin dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menyampaikan paparan tentang darurat narkoba. Ruangan seolah diselimuti aura keprihatinan mendalam. Tantangan melindungi generasi muda adalah beban moral kolektif yang harus dijawab dengan tindakan nyata dan terstruktur.

Sebagai seorang akademisi, Wakil Dekan, dan tokoh yang memahami betul dinamika sosial di tingkat kota, Dr. Jumai bangkit. Nada bicaranya lugas, menggabungkan analisis intelektual dengan kepedulian seorang da’i.

“Muhammadiyah memiliki jaringan sekolah dan amal usaha yang luas, potensi edukasi dan pencegahan kita sangat besar. Namun, tantangannya adalah pada penindakan. Kami berharap, penegakan hukum harus benar-benar tegas terhadap jaringan pengedar narkoba yang kerap tak tersentuh. Jangan sampai upaya pencegahan kita di tingkat akar rumput, sia-sia di hadapan impunitas hukum.”

Pandangan kritis ini menegaskan bahwa dakwah komunitas, pada titik ini, bukan lagi sekadar ceramah agama, melainkan intervensi sosial dan advokasi kebijakan yang berani, menyentuh inti permasalahan umat, dan menuntut kolaborasi multi-pihak.

Pulang Membawa Visi: Dari Ayam Geprek Menuju BikersMu

Sore hari, KH. Saad Ibrahim menutup acara, dengan penegasan tentang kolaborasi sebagai kunci. Lokakarya ini bukan akhir, melainkan awal dari konsolidasi organisasi untuk meramu dakwah di lintas batas.

Malam harinya, setelah beristirahat sejenak, Dr. Jumai dan rekannya kembali ke Stasiun Senen. Kereta malam kembali membawa mereka pulang, mengantar tubuh yang lelah, namun membawa pulang semangat dan pedoman yang menyala.

Pada Sabtu pagi pukul 05.50 WIB, rombongan tiba kembali di Stasiun Poncol Semarang. Tubuh boleh saja merasakan letih yang tak terhindarkan setelah perjalanan panjang tanpa bantal dan tidur seadanya.

Namun, bagi Dr. Jumai dan kawan-kawan, seluruh pengorbanan itu adalah bagian tak terpisahkan dari spirit dakwah komunitas: Dakwah di Setiap Denyut Kehidupan.

Pedoman dakwah komunitas kini dirumuskan, dan gelombang dakwah di dunia motor (melalui program BikersMu yang akan segera diluncurkan) hanyalah salah satu wujud nyata dari upaya Muhammadiyah untuk menjangkau setiap denyut nadi kehidupan umat.

Bagi Dr. Jumai dakwah komunitas adalah perjalanan tanpa henti, sebuah perjalanan panjang yang menuntut keikhlasan. Bahkan di malam yang sunyi, tanpa bantal, dan di atas rel yang berdecit.

Baca juga:

Muhammadiyah Tegaskan Perang Total Lawan Narkoba, Dukung Hukuman Mati bagi Bandar

Kontributor:

Tim MPI PDM

Editor:

Agung S Bakti

Bagikan berita ini

Kabar Lainnya

Scroll to Top