JEPARA-Tahun Baru Islam 1447 Hijriah menjadi momentum penting bagi umat Muslim untuk kembali memperkuat fondasi keimanan dan mengembalikan kemuliaan identitas seorang Muslim di tengah berbagai tantangan zaman modern.
Hal ini menjadi inti bahasan dalam pengajian Ahad pagi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Blimbingrejo pada Ahad, (06/07/25), di Gedung Dakwah Muhammadiyah Umar Hasyim Blimbingrejo. Acara tersebut menghadirkan Ustadz Dr. Aang Kunaepi, M.Ag., Ketua Majelis Tablih PDM Kota Semarang sebagai penceramah utama.
Dr. Aang membuka pengajiannya dengan merujuk langsung pada Surah Al‑Ikhlas ayat 1–4. Menegaskan bahwa:
“Tauhid adalah keyakinan mutlak akan keesaan Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al‑Ikhlas (1‑4).” ujarnya.
Dalam paparannya, Dr. Aang Kunaepi menyoroti mengapa jati diri Muslim perlu diteguhkan kembali di era kontemporer ini. Beliau mengidentifikasi beberapa faktor utama, termasuk tekanan globalisasi yang membawa pengaruh sekularisme, materialisme, dan hedonisme yang dapat melemahkan nilai-nilai Islam.
Selain itu, krisis identitas yang dialami generasi muda, disrupsi digital dengan informasi bias dan menyesatkan, serta ancaman agama seperti pluralisme ekstrem dan sinkretisme, turut mengaburkan jati diri Islam sejati.
Mengambil hikmah dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW tahun 622M
Dalam lanjutan ceramahnya, Dr. Aang membahas peristiwa Hijrah sebagai contoh konkret komitmen terhadap tauhid.
Dia mengajak jamaah merenungi bagaimana Nabi Muhammad SAW meninggalkan zona nyaman, keluarga, dan tanah kelahiran demi tegaknya keimanan dan keadilan.
“Hijrah mengubah siapa kita, dari yang bergantung menjadi yang bertauhid penuh pada Allah.” tuturnya, menekankan aspek transformasi spiritual sebagai fondasi perubahan.
Penceramah juga menguraikan tiga dimensi tauhid yang tak terpisahkan:
Pertama, tauhid rububiyah, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah pencipta dan pengatur seluruh alam semesta.
Tauhid uluhiyah, pengakuan bahwa hanya Allah yang pantas disembah dan diibadahi tanpa sekutu. Terakhir, tauhid asma wa sifat, beriman kepada nama-nama dan sifat sempurna Allah yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut, Dr. Aang Kunaepi menjelaskan bahwa tauhid bukan sekadar konsep, melainkan panduan hidup lengkap yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup akhlak mulia seperti kejujuran dan kasih sayang, sebagaimana tercermin dalam QS. Al-Hujurat ayat 10.
Meneguhkan di Tengah Badai Global
Saat ini, lanjut Dr. Aaang, sangat penting menghindari syirik dan bid’ah di era kontemporer. Syirik Khofi, seperti riya’, ujub, dan takabur, dapat menghilangkan keikhlasan ibadah.
Ketergantungan materi yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, fanatisme berlebihan yang mengkultuskan tokoh atau kelompok, serta bid’ah yang menambahkan atau mengurangi ibadah tanpa landasan syar’i yang jelas, merupakan hal-hal yang harus diwaspadai.
Dr. Aang memberikan strategi-strategi praktis untuk memperkokoh tauhid di tengah tantangan zaman modern atau yang ia istilahkan ‘badai global’. Strategi tersebut meliputi:
Mendalami ilmu syar’i: Belajar Al‑Qur’an dan Hadis untuk menjaga pemahaman dan akidah tetap murni.
Lingkungan saleh: Bergaul dengan orang-orang taat agar iman saling memperkuat;
“Kita adalah cerminan dari lingkungan kita.” tegasnya.
Perbanyak zikir dan doa: Sebab zikir menenangkan hati dan mengingatkan bahwa hanya Allah tempat bergantung.
Muhasabah diri secara rutin: Mengevaluasi ibadah serta niat agar amal tidak kosong arah dan spiritualitas tetap tumbuh.
Dalam penjelasannya, Ketua Korps Mubaligh Jawa Tengah it juga menggarisbawahi bahwa, “muḥasabah bukan sekadar introspeksi, tapi tenaga penggerak perubahan diri.” tambahnya..
Sebagai penutup, Dr. Aang Kunaepi mengajak jamaah untuk membuat resolusi tauhid di berbagai lini kehidupan. Secara personal, meningkatkan kualitas salat dan tilawah Al-Quran.
“Kembali kepada Allah, kembali kepada jati diri. Tauhid adalah fondasi kebahagiaan sejati dan pilar utama identitas Muslim,” pungkas Dr. Aang Kunaepi.
Ia berharap, semoga Allah menguatkan hati setiap Muslim dalam menegakkan keesaan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.


