TEGAL, muhammadiyahsemarangkota.org– Deburan ombak dan tenda-tenda merah hitam menjadi saksi bagaimana KOKAM Suryo Singosari Kota Semarang membangun makna kebersamaan dalam Jambore KOKAM se-Jawa Tengah 2025, yang berlangsung di Bumi Perkemahan Pantai Alam Indah, Tegal, pada 17–19 Oktober 2025.
Meski sudah berlalu, kisah tiga hari di tepi laut itu meninggalkan kesan mendalam tentang semangat muda, solidaritas, dan arti perjuangan dalam kebersamaan.
Perjalanan yang Tak Sekadar Perjalanan
Berangkat dengan 38 personil dalam delapan mobil, rombongan Kokam Semarang menempuh perjalanan panjang menuju Tegal dalam tiga kloter. Namun, di setiap perhentian, tawa dan semangat selalu mengalir. Ini bukan sekadar perjalanan menuju lokasi acara, tapi perjalanan untuk memperkuat rasa persaudaraan antar kader.
Setibanya di lokasi, mereka langsung mendirikan tenda. Bukan hal mudah, sebab pendirian tenda menjadi bagian dari penilaian lomba. Tapi di situlah nilai kebersamaan tumbuh antara yang cepat membantu, yang sabar mengatur, dan yang tak henti memberi semangat.
“Yang paling berkesan itu bukan lombanya, tapi bagaimana kita bisa saling bantu, saling jaga, dan tetap solid dari awal sampai akhir,” ujar Komandan KOKAM Suryo Singosari Kota Semarang, mengenang suasana saat itu dengan bangga.
Malam pertama diwarnai lantunan ayat suci dan pidato inspiratif dalam lomba MTQ dan Mubaligh. Di antara gemuruh ombak, suara mereka menggema lembut, menandai keseimbangan antara fisik dan spiritualitas dalam diri kader Kokam.
Sabtu malamnya, suasana berubah menjadi lebih khusyuk lewat Tabligh Akbar bersama Dr. dr. Ibnu Naser Ar Rahomi, S.Ag., M.M.R., Dewan Pengawas BPJS Kesehatan. Pesannya menembus hati: menjadi Kokam bukan sekadar mengenakan seragam, tapi menjalani peran sebagai pelayan umat dengan keikhlasan.
Ahad pagi menjadi puncak keseruan. Berbagai lomba berlangsung seru, penuh semangat dan tawa. Di antara banyak cabang, Kokam Kota Semarang berhasil meraih Juara 3 lomba tarik tambang sebuah pencapaian sederhana, tapi penuh arti.
Lebih dari sekadar kemenangan, lomba itu menunjukkan bagaimana kekuatan bukan hanya datang dari tenaga, tapi juga dari kepercayaan dan kekompakan.
“Kemenangan itu bonus. Yang utama, kita sudah belajar jadi tim yang tangguh dan saling percaya. Itu yang ingin saya bawa pulang dari Jambore ini,” tambah sang Komandan.
Makna yang Tertinggal
Tiga hari di Tegal menjadi lebih dari sekadar agenda rutin. Ia menjadi pengingat bahwa kader Kokam tidak hanya tangguh dalam barisan, tapi juga hangat dalam persaudaraan.
Kegiatan seperti ini menumbuhkan semangat baru: bahwa dakwah bisa lahir dari kebersamaan, perjuangan, dan tawa yang tulus.
Bagi para peserta, perjalanan ini mungkin sudah usai, tapi semangatnya masih terasa tentang bagaimana bekerja bersama, saling menghargai, dan menanamkan nilai keislaman dalam setiap langkah.


