YOGYAKARTA- Perbedaan awal Ramadan, Idulfitri, atau hari besar Islam lainnya yang seringkali membingungkan umat di berbagai belahan dunia kini menemukan titik terangnya. Muhammadiyah, dengan langkah berani, secara resmi meluncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) pada Rabu (25/6) pagi ini di Convention Hall Kampus Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.
KHGT ini dipandang bukan sekadar inovasi penanggalan, melainkan sebuah ikhtiar monumental untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu irama waktu.
Lantas, mengapa KHGT ini begitu mendesak dan signifikan?
Momennya Tepat: Saatnya Umat Islam Punya Kalender Standar Global
Di sela-sela menghadiri peluncuran KHGT, Prof. Dr. Ahwan Fanani, M.Ag., perwakilan dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, menegaskan urgensi KHGT ini dengan sebuah perbandingan yang menohok.
“Kalender Hijriyah Global Tunggal ini ditujukan untuk menyatukan kalender Hijriyah dan hari besar Islam sedunia. Kalau Paus Gregorius sudah menetapkan Kalender Masehi tahun 1582 dan kini digunakan secara global. Sekarang saatnya umat Islam juga punya kalender standar,” tutur Ahwan Fanani dengan penuh semangat.
Guru besar UIN Walisongo Semarang ini menggarisbawahi, jika peradaban barat telah berhasil menyatukan sistem penanggalan mereka secara global berabad-abad lalu, maka umat Islam juga sepatutnya memiliki standar serupa untuk kegiatan keagamaan mereka.
Menurut Ahwan, KHGT merupakan inisiasi yang sejalan dengan hasil Muktamar Turki tahun 2016 yang menghasilkan Prototipe Kalender Hijriyah Global. Di lingkungan Muhammadiyah sendiri, ide besar ini sudah digodok sejak Muktamar ke-47 di Makassar pada 2015, lalu diperkuat dalam Risalah Islam Berkemajuan pada Muktamar ke-48 di Surakarta tahun 2022.

Puncaknya, secara teknis, penggunaan KHGT ini diputuskan dalam Munas Tarjih ke-32 di Pekalongan pada 23-25 Februari 2024. Peluncuran hari ini, 25 Juni 2025, menandai dimulainya pemberlakuan KHGT efektif mulai Muharram 1447 Hijriyah.
Memecah Kebuntuan: Integrasi Global dan Akurasi Penanggalan
Inisiatif KHGT ini datang sebagai jawaban atas persoalan klasik yang kerap menghantui umat Islam: perbedaan standarisasi waktu, akurasi penanggalan, dan integrasi global dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Dengan adanya satu kalender yang bersifat global, ilmiah, dan seragam, kerancuan penentuan awal bulan yang sering memecah belah kini bisa dihindari. Ini adalah langkah maju dalam membangun kesatuan ukhuwah Islamiyah berbasis ilmu dan ijtihad.
Ahwan Fanani juga mengingatkan bahwa proses penerimaan sebuah kalender global memang butuh waktu. “Tentu akan butuh proses, karena Rusia saja baru mau menerima Kalender Masehi sekitar awal tahun 1900-an karena ketidaksetujuan kalangan internal gereja di Rusia untuk menggunakan produk Katolik Roma. Jadi butuh 450 tahun bagi kalender Masehi diterima luas, meski prototipenya sudah ada sejak sebelum kalender Gregorian ada,” jelasnya.
Ia memberikan perspektif bahwa terobosan Muhammadiyah ini adalah sebuah langkah pionir yang mungkin akan memakan waktu, namun sangat fundamental. “Bola sudah digulirkan. Sampai mana akan bergulir, sejarah yang akan mencatat,” tegas Ahwan yang juga merupakan wakil ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang.

Adapun peluncuran KHGT ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si, dan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting baik dari dalam maupun luar negeri. Terlihat hadir Wakil Menteri Luar Negeri, jajaran Duta Besar negara sahabat, perwakilan Direktorat Urusan Keagamaan Turki (Diyanet Turki), hingga Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang menunjukkan dukungan global terhadap inisiatif ini.
Sosialisasi KHGT
Sementara itu, Ketua PDM Kota Semarang, Dr. Fachrur Rozi, M.Ag., menyatakan, peluncuran KHGT ini adalah langkah penting Muhammadiyah dalam memajukan ukhuwah Islamiyah berbasis ilmu dan ijtihad. “Ini bukan sekadar penanggalan, tapi tonggak peradaban,” tegasnya, Rabu (25/6/2025).
Ia mengajak seluruh kader Muhammadiyah untuk memahami, menyosialisasikan, dan menjadikan KHGT sebagai bagian dari dakwah pencerahan. “Saatnya umat Islam memiliki sistem kalender global yang menyatukan,” pungkas Fachrur Rozi.
Editor: Agung Setia Bakti