
MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, GENUK – Zuhud adalah upaya manusia mengalihkan perhatiannya jauh dari dunia. Orang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat atau surgawinya. Meski menurut beberapa pendapat juga menyebutkan, zuhud bukan berarti melupakan dunia.
Demikian penjelasan singkat mengenai zuhud oleh ustadz Dr. H. Didiek Ahmad Supadie M.M. ketika menjadi narasumber kajian ahad pagi PCM Genuk. Menurut ustadz Didiek, jika dilihat secara kasat mata, zuhud adalah praktik yang tak memerlukan harta kekayaan di dunia. Tak hidup dengan mencari harta kekayaan seperti manusia kebanyakan. Orang yang zuhud hanya mencari harta seperlunya, asal cukup untuk bertahan hidup di dunia. Bisa dikatakan, zuhud adalah keputusan melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja.
DALIL MENGENAI ZUHUD
Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 23
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya : (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Pengertian dari ayat tersebut bahwa Allah mengabarkan hal itu kepada para hambaNya agar kaidah ini lekat di hati mereka. Agar mereka merujukkan semua kebaikan dan keburukan berdasarkan kaidah tersebut supaya mereka tidak merasa putus asa dan bersedih atas sesuatu yang luput dari mereka, di samping agar hati mereka tidak tamak dan memburu apa yang tidak didapatkan, karena mereka mengetahui bahwa hal itu telah tertulis di Lauhul Mahfuzh yang pasti berlaku dan terjadi. Tujuan lain adalah agar manusia tidak terlalu bergembira dengan bersikap sombong terhadap pemberian Allah, sehingga mereka sibuk bersyukur kepada Allah yang memberikan berbagai kenikmatan dan mencegah azab.
TINGKATAN ZUHUD
Ada tiga tingkatan zuhud yang bisa dipahami, antara lain :
1. Orang awam menganggap zuhud adalah meninggalkan keharaman.
2. Orang istimewa (khawash) menganggap zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang halal sekalipun melebihi kebutuhannya.
3. Orang sangat istimewa (al-‘arifin) mengganggap zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengganggunya untuk mengingat Allah SWT.
Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi zuhud, antara lain :
1. Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.
2. Menyadari bahwa kenikmatan di dunia bisa memalingkan hari dari mengingat Allah SWT.
3. Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia saja sangat melelahkan.
4. Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat, kecuali zikir, belajar, mengajar, dan pekerjaan yang hanya ditujukan pada Allah SWT.
5. Merasakan dunia dari sudut pandang hina dan godaan yang bisa membahayakan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara