MUHAMMADIYAHSEMARANGKOTA.ORG, GAYAMSARI – Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat akan pentingnya produk halal semakin meningkat. Namun, masih banyak pertanyaan mengenai kehalalan produk hewan qurban, yang cara penyembelihannya tidak sesuai dengan syariat Islam. Apakah produk tersebut benar-benar halal dan aman untuk dikonsumsi? Mari kita simak lebih lanjut tentang isu ini.
Ustadz Dr. Ir. Nurrahman M.Si., dosen teknologi pangan Universitas Muhammadiyah Semarang, memberikan tausiah tentang pentingnya memilih daging yang memenuhi kriteria halal dan toyib dalam kajian Ahad pagi PCM Gayamsari. Beliau menyoroti bahwa masih banyak produk hewan qurban yang dipertanyakan kehalalannya, terutama ayam, karena cara penyembelihannya tidak sesuai dengan syariat Islam. Hal ini memicu keraguan tentang kehalalan produk yang beredar di masyarakat. Ustadz Nurrahman menekankan pentingnya memperhatikan proses penyembelihan yang sesuai dengan syariat Islam untuk memastikan kehalalan produk hewan qurban.
“Idul Adha menjadi momentum bagi umat Islam untuk menyembelih hewan qurban sebagai bentuk ibadah. Namun, perbedaan praktik penyembelihan hewan qurban antara Indonesia dan negara lain seperti Arab Saudi menarik untuk diperhatikan”. Kata ustadz Nurrahman.
“Di Arab Saudi, penyembelihan hewan qurban dilakukan di RPH dengan standar kehalalan dan kebersihan yang terjamin. Bagaimana dengan praktik penyembelihan di Indonesia? Apakah sudah memenuhi standar yang sama?”, tanya ustadz Nurrahman kepada para jamaah yang hadir dalam kajian tersebut.
“Memilih hewan qurban yang sesuai dengan syariat Islam adalah langkah penting dalam menjalankan ibadah qurban. Selain umur yang sesuai, hewan qurban juga harus dalam kondisi sehat dan bebas dari cacat yang signifikan. Cacat seperti buta sebelah, pincang, atau kondisi fisik yang buruk karena penyakit dapat membuat hewan qurban tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, masyarakat perlu memperhatikan kondisi hewan qurban sebelum melakukan penyembelihan.” Jelasnya.
Kunci Kehalalan Hewan Qurban
Dalam proses penyembelihan hewan qurban, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh panitia penyembelihan untuk memastikan kehalalan hewan qurban. Pertama, hewan yang disembelih harus dalam keadaan hidup. Kedua, penyembelihan harus dilakukan satu per satu atas nama Allah, bukan atas nama lain. Ketiga, penyembelihan harus dilakukan dengan alat yang tajam sehingga langsung memutus urat-urat lehernya. Keempat, penyembelihan harus dilakukan pada leher tepat pada saluran pernafasan, makanan, dan urat nadi, serta wajib putus. Kelima, penyembelihan harus dilakukan tanpa mengangkat alat sembelih sebelum urat-urat putus. Terakhir, sebelum disembelih, hewan tidak boleh digelonggong, disiksa, atau disakiti. Dengan memenuhi persyaratan ini, kehalalan hewan qurban dapat terjamin.
Dalam proses penyembelihan hewan qurban, penting untuk memperhatikan kondisi hewan sebelum disembelih. Hewan yang akan disembelih sebaiknya tiba sehari sebelumnya untuk memberikan waktu istirahat yang cukup. Hal ini bertujuan untuk mengurangi stres dan kelelahan pada hewan, yang dapat mempengaruhi kualitas daging. Menurut ahli gizi, hewan yang cenderung capek akibat perjalanan lama dapat menghasilkan daging yang keras dan alot, serta nilai bobot berat daging yang berkurang. Oleh karena itu, memberikan waktu istirahat yang cukup bagi hewan sebelum disembelih sangat penting untuk memastikan kualitas daging yang optimal.
Titik Krisis Kehalalan
Dalam proses produksi pangan, menerapkan sistem jaminan mutu seperti HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) sangat penting untuk menjaga keamanan produk. Dengan sistem ini, potensi bahaya yang dapat timbul selama proses produksi dapat diidentifikasi dan dikendalikan. Menariknya, konsep HACCP ini juga dapat diterapkan untuk memastikan kehalalan produk pangan. Dengan mengasumsikan ketidakhalalan sebagai bahaya, titik krisis pengendalian kehalalan dapat diidentifikasi dan dikendalikan, sehingga potensi ketidakhalalan dapat dicegah dan dihilangkan. Dengan demikian, produsen pangan dapat memastikan bahwa produk mereka tidak hanya aman, tetapi juga halal dan berkualitas.
Dalam proses produksi daging halal, ada beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan untuk memastikan kehalalan produk. Titik kritis tersebut meliputi penerimaan hewan, pengistirahatan, pemingsanan, proses penyembelihan, perlakuan pasca potong hewan, serta pengemasan dan pelabelan. Setiap titik kritis ini memiliki prosedur yang spesifik untuk memastikan kehalalan produk. Misalnya, pada proses pemingsanan, hewan qurban dipukul pada bagian kepala dengan palu secara tepat dan tidak terlalu keras untuk memastikan hewan tidak langsung mati. Dengan memperhatikan titik kritis ini, produsen daging dapat memastikan bahwa produk mereka memenuhi standar kehalalan yang tinggi.
Titik kritis dalam produksi daging halal meliputi:
- Penerimaan Hewan: Memastikan hewan yang diterima memenuhi standar kehalalan.
- Pengistirahatan: Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi hewan untuk mengurangi stres.
- Pemingsanan: Melakukan proses pemingsanan dengan tepat untuk memastikan hewan tidak langsung mati.
- Proses Penyembelihan: Melakukan penyembelihan dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam.
- Perlakuan Pasca Potong Hewan: Memastikan hewan benar-benar sudah mati dan darah sudah keluar secara sempurna sebelum melakukan proses selanjutnya.
- Pengemasan dan Pelabelan: Memastikan produk dikemas dan diberi label dengan benar untuk memastikan kehalalan produk.
Dengan memperhatikan titik kritis ini, produsen daging dapat memastikan bahwa produk mereka memenuhi standar kehalalan yang tinggi dan aman untuk dikonsumsi.
Hikmah Qurban
Qurban bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga memiliki hikmah yang mendalam. Bagi orang yang beriman, qurban menjadi ungkapan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan. Melalui kisah Nabi Ibrahim AS, kita dapat mengambil pelajaran tentang kesabaran dan ketaatan kepada Allah. Qurban juga menjadi sarana untuk membangun kesadaran tentang kepedulian terhadap sesama, terutama kepada orang miskin. Dengan demikian, qurban dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ketaqwaan dan memperkuat hubungan dengan Allah serta sesama manusia.
Editor : Muhammad Huzein Perwiranagara